PENDAHULUAN
ORDO STREPSIPTERA
A.
Latar Belakang Masalah
Entomologi adalah salah satu cabang
ilmu biologi yang mempelajari serangga. Istilah ini berasal dari dua
perkataan Latin entomon bermakna serangga dan logos bermakna ilmu pengetahuan.
Entomologi adalah ilmu yang mempelajari serangga (insecta). Akan tetapi, arti
ini seringkali diperluas untuk mencakup ilmu yang mempelajariArthropoda (hewan
beruas-ruas) lainnya, khususnya laba-laba dan kerabatnya (Arachnida atau
Arachnoidea), serta luwing dan kerabatnya (Millepodadan Centipoda).
Dimasukannya Arthropoda lain sebagai bagian yang dibahas pada Entomologi karena
ada hubungan evolusioner/filogenetis dalam konteks pembahasan taksomis dengan
serangga. Selain itu dalam konteks fungsional. Arthropoda lain berperan sebagai
pemangsa dan pesaing bagi serangga. Melalui entomologi kita akan diajak
memgenal serangga lebih jauh. Sebagai disiplin ilmu yang sudah berkembang pesat
entomologi kini dapat dibagi menjadi dua cabang ilmu yaitu Entomologi Dasar dan
Entomologi Terapan.
Entomologi Dasar dibagi lagi menjadi
sub-cabang ilmu yang lebih khusus antara lain:
a. Morfologi Serangga adalah ilmu yang
mempelajari bentuk dan struktur tubuh serangga, biasanya lebih ditekankan
kepada bentuk dan struktur luar tubuh serangga.
b. Anatomi dan Fisiologi Serangga adalah
ilmu yang mempelajari bentuk dan struktur organ dalam serangga beserta
fungsinya.
c. Perilaku (behavior) Serangga adalah
ilmu yang mempelajari apa yang dilakukan serangga, bagaimana dan kenapa
serangga melakukannya.
d. Ekologi Serangga adalah ilmu yang
mempelajari hubungan serangga dengan lingkungannya baik lingkungan biotic
(organisme lain) maupun lingkungan abiotik, (faktor fisik dan kimia).
e. Patologi Serangga adalah ilmu yang
mempelajari serangga sakit baik tingkat individu (patobiologi) maupun pada
tingkat populasi (epizootiologi).
f. Taksonomi Serangga adalah ilmu yang
mempelajari tatanama dan penggolongan serangga.
Insecta sering disebut serangga atau
heksapoda. Heksapoda berasal dari kata heksa berarti 6 (enam) dan kata podos berarti
kaki. Heksapoda berarti hewan berkaki enam. Diperkirakan jumlah insecta lebih
dari 900.000 jenisyang terbagi dalam 25 ordo. Hal ini menunjukkaan bahwa banyak
sekali variasi insecta baik bentuk maupun sifat dan kebiasaannya.
Bila dibandingkan dengan banyaknya
jenis hewan di dunia ini, ternyata filum Arthropoda menduduki urutan nomor satu
di antara jenis-jenis hewan lain. Dari filum Arthropoda ini, kelas Insecta atau
serangga merupakan jenis yang terbesar (sekitar satu juta spesies). Hal ini
disebabkan oleh daya tahan tubuhnya yang baik, cepatnya menyesuaikan diri
dengan lingkungannya dan penyebaran yang sangat luas yaitu mulai dari daerah
tropis hingga daerah kutub.
Di antara anggota filum
Arthropoda diketahui ada yang sangat berguna bagi kehidupan manusia dan
sebaliknya diketahui pula ada yang berperan merugikan manusia dan hewan.
Kelompok yang terakhir ini lebih dikenal sebagai ektoparasit atau pengganggu
atau hama. Yang termasuk di dalam
kelompok ektoparasit adalah kelas Insecta (serangga) dan kelas Arachnida
(caplak dan tungau).
Kelas Insecta yang
penting diketahui bagi dunia pengendalian hama permukiman antara lain adalah
ordo Dictyoptera atau Blattodea (lipas), ordo Diptera (lalat dan nyamuk),
ordo Hymenoptera (semut, tawon, lebah), ordo Siphonaptera (pinjal), ordo
Phthiraptera (subordo Mallophaga atau kutu penggigit dan subordo Anoplura atau
kutu penghisap), ordo Rhynchophthirina, ordo Hemiptera, ordo), ordo Coleoptera
(kumbang), dan ordo Psocoptera. Adapun kelas Arachnida yang penting diketahui antara
lain ordo Parasitiformes (contohnya caplak) dan Acariformes (contohnya tungau).
Serangga
merupakan salah satu hewan yang paling sukses di dunia dan menempati berbagai
bentuk habitat, yaitu air, tanah, udara, hutan, tetumbuhan, rumah, manusia,
hewan dan berbagai habitat lainnya. Mereka hidup dengan memakan bahan keras
seperti kayu, mengisap cairan tanaman, mengisap darah manusia dan hewan, atau
menyerap berbagai bentuk makanan lainnya. Serangga dapat hidup berasosiasi
dengan hewan dan tanaman yang lain, baik saling menguntungkan untuk keduanya
atau keduanya atau sebagai parasit yang merugikan yang lain.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana morfologi dari ordo
strepsiptera ?
2. Bagaimana fisiologi dari ordo
stresiptera ?
3. Bagaimana anatomi dari strepsiptera ?
4. Family-famili yang termasuk dalam
ordo strepsiptera ?
C.
Tujuan
1. Untuk mengetahui morfologi dari ordo strepsiptera
2. Untuk mengetahui fisiologi dari ordo stresiptera
3. Untuk mengetahui anatomi dari strepsiptera
4. Untuk mengetahui Family-famili yang termasuk dalam ordo
strepsiptera
PEMBAHASAN
ORDO STERPSIPTERA
A.
Pengertian strepsiptera
Strepsiptera adalah serangga-serangga
kecil, kebanyakan bersifat parasit pada serangga-serangga lain. Jantan hidup
bebas dan bersayap, sedangkan yang betina tidak bersayap dan seringkali tidak
bertungkai, dan pada jenis yang parasitik mereka tidak meninggalkan inangnya.
Serangga yang jantan terlihat agak seperti kumbang, dengan mata yang menonjol.
Antena seringkali memiliki juluran yang menonjol pada beberapa ruas.
Sayap-sayap depan menyusut membentuk struktur seperti gada yang meneyerupai
halter diptera, sayap-sayap belakang besar dan seperti selaput, seperti kipas
dan memiliki kerangka sayap yang menyusut. Imago jantan hidup bebas, hidupnya
singkat, dan biasanya tidak makan. Sterpsiptera merupakan serangga parasit
(makan pada hewan lain, tetapi tidak membunuh inangnya) biasanya hidup pada
tubuh inangnya dan hidup terus-menerus selama paling tidak sebagian dari siklus
hidupnya, ukurannya biasanya lebih kecil daripada inangnya, dan dalam satu
inang bisa hidup lebih dari satu parasit.
Habitat jantan
hidup bebas sedangkan larva dan betina umumnya hidup di serangga lain. Tubuh
sangat kecil. Jantan dan betina sangat berbeda. Jantan bersayap, sayap depan
mereduksi menjadi halter, sayap belakang seperti kipas dan berumur pendek.
Betina tidak bersayap dan kadang-kadang tidak mempunyai kaki, mata atau
antenna, kepala dan dada menjadi satu.
Peranan sebagai parasit seperti pada wereng dan golongan lebah, dan
sepanjang hidupnya berada dalam tubuh inang.
Serangga betina dewasa jenis yang
hidup bebas mempunyai kepala yang jelas, dengan antena terdiri dari 4-5 ruas,
tipe mulut mengunyah dan mata majemuk. Betina-betina jenis yang parasitik
biasanya tidak mempunyai mata, antena dan tungkai-tungkai. Ruas-ruas tubuh
sangat tidak jelas, kepala dan toraks bersatu. Betina dengan tip pada ujung
anterior (chepalothoraks), pharate pada kutikula larva instar terakhir.
Larva dan imago betina merupakan
endoparasit sesungguhnya dari serangga lain, dengan inang primer pada
Hymenoptera dan Hemiptera, inang lain yang diketahui, yaitu Orthoptera dan
Thysanura. Jenis dari Orthoptera, Hemiptera, Homoptera, Hymenoptera dan
Thysanura bertindak sebagai inang. Famili yang sering dijumpai dari serangga
ini adalah, Mengeidae, Stylopidae, Elenchidae dan lain-lain.
Serangga parasitik adalah serangga
yang hidup dan berkembang biak dengan menumpang pada tubuh inangnya dan
mengambil semua nutrisi pada tubuh inang. Parasitisme oleh sebagian besar
serangga parasitik terjadi selama stadia muda dibandingkan pada stadia dewasa.
Kebanyakan serangga betina meletakkan telurnya di dalam tubuh atau di luar
tubuh serangga lain yang menjadi inangnya. Stadium larva parasitik memakan
cairan tubuh serangga inangnya.
Parasitoid ialah organisme yang
menghabiskan sebagian besar riwayat hidupnya dengan
bergantung pada atas di organisme inang tunggal yang akhirnya membunuh (dan sering mengambil
makanan) dalam proses itu. Kemudian parasitoid mirip dengan parasit
khusus kecuali dalam nasib inang tertentu. Dalam hubungan parasit khusus,
parasit dan inang hidup berdampingan tanpa kerusakan mematikan pada inang.
Khasnya, parasit mengambil cukup bahan makanan
untuk tumbuh tanpa mencegah inang berkembang biak. Dalam hubungan parasitoid,
inang dibunuh, normalnya sebelum melahirkan keturunan. Bila diperlakukan sebagi
bentuk parasitisme,
istilah nekrotrof kadang-kadang
digunakan, meski jarang.
Jenis hubungan
ini nampaknya hanya terjadi pada organisme yang memiliki tingkat reproduksi
yang cepat, seperti serangga, atau tungau (jarang). Parasitoid juga sering berkembang
bersama dengan inangnya. Banyak biolog yang menggunakan
istilah parasitoid untuk hanya merujuk pada serangga dengan jenis riwayat hidup
seperti ini, namun beberapa orang berpendapat istilah ini mesti digunakan lebih
luas untuk mencakup nematoda parasit, kumbang penggerek benih, bakteri
dan virus
tertentu (mis. bakteriofag) yang semuanya harus menghancurkan
inangnya.
Tak umum bagi
parasitoid sendiri bertindak sebagai inang untuk anak parasitoid lainnya. Yang
terakhir ini umum disebut sebagai hiperparasit
namun istilah ini agak membingungkan, karena inang dan parasitoid primer
dibunuh. Istilah yang lebih baik adalah parasitoid
sekunder, atau hiperparasitoid;
yang sebagian besar diketahui termasuk ordo Hymenoptera.
Parasitoid idiobion adalah parasit yang mencegah
pertumbuhan inang setelah parasitisasi awal, dan khususnya ini melibatkan
tahapan hidup inang yang tak bergerak (mis, telur atau kepompong),
dan hampir tanpa pengecualian mereka tinggal di luar inang. Parasitoid koinobion memugkinkan inang terus berkembang
dan sering tak membunuh atau mengambil makanan dari inang hingga menjadi
kepompong ataupun dewasa; yang kemudian khasnya melibatkan hidup dalam inang
bergerak. Koinobion dapat dibagi lagi menjadi endoparasitoid, yang tumbuh dalam mangsanya, dan ektoparasitoid, yang tumbuh di luar
badan inang, meskipun sering berikatan atau berlekatan dengan jaringan inang.
B.
Sistem
Pernapasan
strepsiptera
bernapas menggunakan sistem trakea. Sistem trakea pada serangga, terdiri atas
spirakel, saluran (pembuluh trakea), dan trakeolus. Spirakel atau stigma
merupakan jalan keluar masuknya udara dari dan ke dalam sistem trakea, terdapat
di kerangka luar (eksoskeleton), berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat
kitin, terletak berpasangan pada setiap segmen tubuh, dan merupakan tempat
bermuaranya pembuluh trakea. Pernapasan sistem trakea terdiri atas
pembuluh-pembuluh yang bercabang-cabang ke seluruh tubuh dan bermuara pada
stigma atau spirakel. Udara pernapasan keluar dan masuk ke dalam tubuh Insecta
melalui stigma. Stigma merupakan lubang yang terdapat di sepanjang sisi kiri
dan kanan tubuh.
Sistem
pernafasan pada serangga mengenal dua sistem, yaitu sistem terbuka dan sistem
tertutup. Digunakan alat/organ yang disebut spirakulum (spiracle), juga
tabung-tabung trakhea dan trakheola. Tekanan total dari udara sebenarnya
merupakan jumlah tekanan gas N2, O2, CO2 dan gas-gas lain. O2 sendiri masuk ke
dalam jaringan dengan satu proses tunggal: adanya tekanan udara dalam jaringan.
Tekanan O2 dengan demikian harus lebih besar daripada tekanan udara dalam
jaringan, sebaliknya tekanan CO2 dalam jaringan harus lebih besar dibanding
yang ada di udara.(lihat gambar sel respirasi). Laju diffusi diukur dengan
rumus 1/d (sebagai suatu peristiwa diffusi pasif).
Pada umumnya
spirakel terbuka selama serangga terbang, dan tertutup saat serangga
beristirahat. Udara masuk melalui empat pasang spirakel depan dan keluar
melalui enam pasang spirakel belakang. Oksigen dari luar masuk lewat spirakel,
kemudian menuju pembuluh-pembuluh trakea, selanjutnya pembuluh trakea bercabang
lagi menjadi cabang halus yang disebut trakeolus. Dengan demikian, oksigen
dapat mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian dalam. Trakeolus
merupakan cabang-cabang terkecil berukuran ± 0,1 mµ dari saluran pembuluh
trakea yang berhubungan langsung dengan jaringan tubuh dan tidak berlapis zat
kitin. Trakeolus ini merupakan tempat terjadinya pertukaran udara pernapasan.
Trakeolus mempunyai fungsi sama dengan kapiler pada sistem pengangkutan
(transportasi) pada Vertebrata.
C.
Sistem
Pencernaan
System
pencernaannya dimulai dari mulut yang terdiri atas bibir atas dan bawah, rahang
serta gigi. Dari mulut makanan masuk ke kerongkongan lalu ke tembolok. Dari
tembolok makanan yang telah disimpan beberapa waktu masuk ke empedal yang
berdinding gigi kitin. Selanjutnya makanan masuk ke lambung. Pada lambung
terdapat enam pasang kelenjar pencernaan yang menghasilkan enzim. Makanan yang
telah dicerna menjadi sari-sari makanan diserap oleh usus dan diedarkan
keseluruh tubuh oleh hemolimfa. Sisa pencernaan sementara disimpan di
rectum berupa feses. Selanjutnya, dikeluarkan melalui anus.
Sekitar 10% spesies serangga yang
tadi dijelaskan adalah parasitoid,. Ada 4 ordo serangga yang khususnya
diketahui untuk jenis riwayat hidup ini. Sejauh ini kebanyakan ada dari ordo Hymenoptera. Kelompok terbesar dan paling banyak diketahui menyusun yang
disebut "Parasitica" di subordo Apocrita dari Hymenoptera: subkelompok terbesar adalah tawon kalsikoid (superfamilia Chalcidoidea) dan tawon ikneumon (superfamilia Ichneumonoidea), diikuti oleh Proctotrupoidea dan Platygastroidea. Di luar Parasitica banyak garis
keturunan Hymenoptera yang termasuk parasitoid, seperti sebagian besar Chrysidoidea dan Vespoidea, dan familia Orussidae dari Symphyta yang jarang. Lalat (ordo Diptera) termasuk beberapa keluarga parasitoid,
yang terbesar adalah familia Tachinidae, dan juga familia yang lebih kecil
seperti Pipunculidae, Conopidae dll. 2 ordo lainnya adalah
"parasit sayap putar" (ordo Strepsiptera), yang merupakan kelompok kecil yang
semuanya terdiri atas parasitoid, dan kumbang (ordo Coleoptera), yang mencakup setidaknya familia Ripiphoridae dan Rhipiceridae, sebagian besar parasitoid, dan kumbang
keling] (familia Staphylinidae) dari genus Aleochara. Kadang-kadang anggota ordo lain
bisa parasitoid; yang paling ternama adalah keluarga ngengat Epipyropidae, ektoparasitoid untuk
"planthopper".
Parasitoid juga melakukan penetrasi
pada dinding tubuh dan bertelur di dalam tubuh inang atau meletakkan telurnya
di luar tubuh inang. Kemudian dari telur tersebut menetas larva yang kemudian
menetas dalam tubuh inang. Parasitoid umumnya digunakan sebagai agen
biocontrol, karena memiliki keuntungan sebagai berikut :
- Daya survivalnya cukup baik
- Hanya memerlukan satu (atau beberapa inang) untuk melengkapi perkembangan parasitoid
- Populasi parasitoid bisa sustain pada jumlah inang yang sedikit.
- Kebanyakan parasitoid memiliki kisaran inang yang sempit, seringkali menghasilkan respon numeric yang baik terhadap kepadatan inang.
Sedangkan beberapa kekurangan penggunaan parasitoid
adalah Kapasitas pencarian inang dapat
berkurang dengan cepat karena sangat dipengaruhi oleh suhu atau factor lainnya.
Hanya betina melakukan pencarian, dan seringkali pencari yang baik hanya
menghasilkan sedikit telur. Sinkronisasi juga merupakan suatu masalah sulit yang
dihadapi parasitoid,. Untuk menjadi efektif, siklus hidup parasitoid harus
bertepatan dekat dengan inangnya sebelum menjadi stabil dan terjadi supresi.
Sinkronisasi bisa tergantung oleh beberapa kondisi lingkungan, yang menyebabkan
parasitoid gagal untuk mengurangi jumlah inang secara signifikan.
D.
Sistem Eskresi
Terdapat pada kebanyakan antropoda seperti kelompok insekta.
Tabung-tabung melekat pada bagian tengah (midsection) dari sistem pencernaan
insekta, mengumpulkan cairan tubuh dari hemoplymph yang membasahi sel.
Cairan-cairan tersebut, yang mengandung buangan nitrogen dan material (garam
dan mineral) akan disalurkan ke dalam midgut.
E.
Perkembangan Strepsiptera
Holometabola adalah
perkembangan Insecta dengan setiap tahap menunjukan perubahan wujud yang sanagt
berbeda (sempurna). Tahapnya adalah sebagai berikut ; telur – larva – pupa –
dewasa.Larvanya berbentuk ulat tumbuh dan mengalami ekdisis beberapa kali.
Setalah itu larva menghasilkan pelindung keras disekuur tubuhnya untuk
membentuk pupa..Pupa berkembang menjadi bagian tubuh seperti antena, sayap,
kaki, organ reproduksi, dan organ lainnya yang merupakan struktur Insecta
dewasa.Selanjutnya, Insecta dewasa keluar dari pupa.Contoh Insecta ini adalah
kupu-kupu, lalat, dan nyamuk. Tahapan dari daur serangga yang mengalami
metamorfosis sempurna adalah sebagai berikut :
1. Telur – larva – pupa – imago.
2. Larva adalah hewan muda yang bentuk
dan sifatnya berbeda dengan dewasa.
3. Pupa adalah kepompong dimana pada
saat itu serangga tidak melakukan kegiatan, pada saat itu pula terjadi
penyempurnaan dan pembentukan organ.
4. Imago adalah fase dewasa atau fase
perkembangbiakan.
F.
Sistem Reproduksi
Serangga
jantan pada waktu muncul, mencari dan mengawini seekor betina yang tidak pernah
meninggalkan inangnya, keberadaan betina diketahui imago jantan dari
ketertarikannya melalui feromon seks.
Inseminasi yang terjadi bizarre (ganjil/ aneh), karena jantan
berkopulasi dengan ujung kepala betina (melalui brood passage). Larva disebut
Triungulin, mempunyai mata dan tungkai yang berkembang bagus dan merupakan
serangga yang aktif. Mereka mencari dan menempati tubuh inangnya (phoresy).
Pada inangnya larva berganti kulit dan menjadi satu tahapan seperti cacing yang
tidak bertungkai dan makan didalam rongga tubuh inangnya. Serangga jantan pada
waktu muncul meninggalkan inangnya dan terbang berkeliling, serangga betina
tetap tinggal didalam tubuh inangnya. Sesudah yang muda dihasilkan yang betina
mati.
Strepsiptera merupakan ordo yang
hanya memiliki 7 famili dan hanya 300 spesiesn ya yang telah di deskripsikan di
dunia ini. semua spesies dari famili ini memiliki dimorphic seksual. Memiliki
antenna bercabang, dengan mata besar, berbentuk paddle atau sayap mesothorax
seperti gada, sayap metathoraxnya besar. Serangga betina berbentuk menyerupai
larva (larviform), tidak bersayap, tidak berkaki dan tidak pernah meninggalkan
tubuh inangnya, kecuali famili Mengeidae. Serangga betina dewasa dan muda
memiliki kaki dan hidup bebas, sehingga pada famili ini bukan endoparasit.
Adapun ketujuh famili tersebut beserta inangnya dapat disajikan dalam tabel
berikut :
Tabel family sterpsiptera beserta inangnya.
No.
|
Famili
|
Inang (Host)
|
1.
|
Mengeidae
|
Belum diketahui
|
2.
|
Myrmecolacidae
|
Forraicidae
|
3.
|
Callipharixenidae
|
Pentatomidae, Scutellaridae
|
4.
|
Stichotrematidae
|
Tettigoniidae, Gryllidae, Mantidae
|
5.
|
Stylopidae
|
Lebah madu, Vespoid dan Spheccid
warps
|
6.
|
Hallictophagidae
|
Cicallidae, Fulgoridae
|
7.
|
Elenchidae
|
Cicadellidae, Fulgoridae
|
G. Famili pada Strepsiptera
1. MENGEIDAE
Berwarna
coklat tidak terlalu terang, antena terdiri dari 2 pasang, sayap belakang tidak
lebar, sayap membranus.
2.
MYRECOLIDAE
Berwarna
coklat terang, antena terdiri dari 2 pasang; sayap belakang lebar,
sayap membranus.
3.
HALICTOPHAGIDAE
Beberapa
spesies dari genus helictophagus bertindak sebagai parasit wereng daun tebu (Pyrilla
sp.) dan berhasil digunakan sebagai agen pengendali hayati di India. Corioxenos
antestiae merupakan parasit kumbang Pentatomid (Pentatomid bags.),
Antestia leneaticollis Stal., Elenchus tenuicornis bersifat
parasit pada beberapa jenis Fulgoridae.
Hindola fulva
adalah salah satu serangga vektor penting penyakit bakteri pembuluh kayu
cengkeh (BPKC). Salah satu musuh alami Hindola fulva yang ditemukan di Bengkulu
adalah Strepsiptera, parasitoid nimfa dan imago. Hasil identifikasi berdasarkan
ciri morfologinya diketahui bahwa parasitoid tersebut adalah Halictophagus sp.
(Strepsiptera: Halictophagidae), kemungkinan spesies baru yang belum
diidentifikasi. Karakter serangga jantan dan betina parasitoid tersebut sangat
berbeda. Imago jantan hidup bebas, tidak menempel pada inang, berukuran panjang
1.4 mm, lebar 0.4 mm; berwarna coklat terang; antena terdiri dari 7 ruas; sayap
belakang lebar, membranus, berbentuk larva, hidup menempel pada abdomen Hindo`la,
hanya bagian cephalothorak yang menonjol keluar. Tingkat parasitasi serangan
tersebut pada H. fulva relatif rendah, umumnya kurang dari 10 persen. Serangan
yang terparasit biasanya tetap hidup tetapi sifat fisiologi dan morpologinya
menjadi tidak normal.
4.
ELENCHIDAE
Memiliki 3
pasang kaki kiri dan kanan. Berwarna coklat terang, sayap lebar dan membranus.
Struktur tubuhnya lebih panjang dibandig family lain serta memiliki ujung ekor
yang lebih runcing.
5.
STYLOPIDAE
Keberadaan 260 spesies di seluruh
dunia di habitat bervegetasi tempat inang berada, betina menempel pada tawon
dan lebah. Jantan kecil dan gelap dengan mata menonjol dan panjang tubuh
sekitar 0,5-4 mm. seperti strepsiptera lainnya, sayap depan kecil dan sayap
belakang relatif besar mirip kipas.
Betina tidak memiliki kaki dan sayap, tidak pernah meninggalkan tubuh inang.
Setelah kawin ribuan telur , ribuan telur akan menetas di tubuh betina.
Beberapa spesies dapat bertelur hingga 70.000 butir. Larva yang kecil dan aktif
serta berkaki 6 meninggalkan betina melalui jalur khusus, merangkak ke bunga untuk
menanti inang berikutnya. Mereka dapat berpegangan erat pada tubuh inang atau
tertelan bersama nectar.
Dalam banyak kasus, begitu berada di
dalam sarang inang, mereka meninggalkan tubuh inang atau dimuntahkan. Mereka
kemudian menjadi parasit bagi telur atau larva inang. Organ seksual inang juga
mengalami degenerasi. Spesies styylops ss jantan spesies ini memiliki bentuk
sangat khas dengan antenna bercabang dan mata mirip buah beri.
Serangga bersayap kipas
(sterpsiptera) serangga yang dalam stadium pertumbuhannya berlangsung sebagai
parasit dalam tubuh serangga lain. Jantan dewasa terbang bebas, sayap depan
telah mengalami perubahan bentuk seperti halter, sedangkan sayap belakang mirip
selaput serupa kipas. Betina berbentuk larva umumnya tetap menghuni tuan rumah.
Meskipun serangga bersayap kipas
tidak selalu langka, para pengamat yang bukan ahli jarang dapat menjumpainya.
Secara keseluruhan diketahui ada beberapa ratus spesies. Tuan rumah umumnya
serangga kecil serupa tonggeret, lebah, dan tawon kecil-kecil. Ada beberapa
ciri yang menunjukkan kekerabatan dengan kepik, kebanyakan dikelompokkan
sebagai ordo tersendiri akan tetapi beberapa pakar melihat serangga bersayap
kipas ini sebagai kepik parasit yang menyimpang.
Jantan memiliki antenna peraba yang
tumbuh panjang dan janggal, serta mata yang besar yang pertama, paling tidak
akan berfungsi sebagai organ agar dapat menemukan betina. Orang juga dapat
menganggap jantan sebagai alat pencari betina yang telah mengalami kekhususan
yang sangat maju sedangkan betina sendiri telah mengalami kemunduran yang
sangat hebat sehingga tidak lebih dari satu pundi-pundi penangkaran tanpa
bentuk yang menghujam ke dalam tubuh tuan rumah.
Sperma jantan disemburkan ke dalam
saluran pengeram betina lalu merayap menuju sel telur. Dari telur yang dibuahi
muncullah larva yang jika perlu melalui individu tuan rumah lain menular pada
larva tuan rumah. Serangga yang akhirnya menjadi jantan memilih jantan memilih
hidup di udara dan betina tetap menghuni tuan rumah tanpa membunuhnya.
Strepsiptera dengan ukuran kecil,
gaya hidup parasit, dan alat kelamin yang sangat berbeda, strepsiptera
membentuk satu ordo paling tidak biasa di antara serangga. Jantan biasanya
memiliki sayap, sayap belakang mereka kerap membelit. Sementara itu, betina
mirip belatung dan menghabiskan dan menghabiskan hidup dengan melekat pada
tubuh serangga lebih besar, seperti kutu atau tawon.
Pemilihan dan Kisaran Inang
Dalam proses pemilihan inang, semua
parasitoid melalui suatu rangkaian proses yang terdiri atas :
1. pemilihan habitat inang
2. penentuan lokasi inang,
3. penerimaan inang, dan
4. kesesuaian inang.
Keberhasilan parasitisme sangat
tergan-tung pada keempat proses tersebut.
Dalam proses pemilihan inang, parasitoid
berhadapan dengan berbagai pertanda yang sangat beragam sesuai dengan jaraknya
dari inang. Pada jarak jauh, pertanda kimia (dari lingkungan inang) hanya
memberikan informasi mengenai keberadaan habitat. Ketika parasitoid semakin
mendekati inang, senyawa semiokimia yang berasal dari inang, aktivitas inang,
dan organisme lain yang berasosiasi dengan inang akan menjadi petunjuk mengenai
lokasi dan keberadaan inang. Pertanda visual, seperti warna, bentuk, dan
pola-pola yang berasosiasi dengan inang, digunakan untuk meningkatkan efisiensi
pencarian parasitoid.
1. Pemilihan habitat inang menggunakan
pertanda yang berasal dari habitat tanpa tergantung pada ada atau tidak inang
di dalamnya. Pertanda yang digunakan untuk pemilihan habitat biasanya visual
atau bau senyawa volatil.
2. Penentuan lokasi inang terjadi
setelah parasitoid berada di habitat yang tepat. Beragam pertanda akan membantu
membawa parasitoid dari habitat inang (habitat) ke lokasi spesifik inang.
Pertanda-pertandanya lebih spesifik, sangat dikenali, dan berjarak lebih dekat
daripada pertanda habitat. Pertanda mungkin berasal dari inang, produk buangan
inang, tanaman yang dimakan inang, atau dari organisme lain yang berasosiasi
dengan inang. Pertanda lokasi inang dapat berupa bau, visual, sentuhan, atau
suara.
3. Penerimaan inang adalah keputusan ya
atau tidak (menerima atau menolak) ketika parasitoid menemukan inangnya.
Pertanda yang digunakan meliputi senyawa kimia pada permukaan tubuh inang atau
di dalam darah, dan pertanda fisik seperti ukuran, bentuk, umur, atau tekstur
inang.
4. Setelah inang ditemukan dan dapat
diterima, maka inang tersebut haruslah sesuai secara fisiologi dan nutrisi demi
keberhasilan perkembangan keturunan parasitoid. Ukuran dan umur inang akan
mempengaruhi kesesuaiannya.
5. Kisaran inang parasitoid adalah semua
jenis inang yang diserang sehingga parasitoid berhasil memperoleh keturunannya.
Untuk parasitoid yang menyerang banyak inang digunakan istilah generalis
(polifagus), sedangkan yang menyerang sedikit atau satu inang disebut dengan
spesialis (oligofagus atau monofagus). Kisaran inang potensial adalah semua
jenis yang dapat diserang sehingga parasitoid dapat berkembang di dalamnya,
sedangkan kisaran inang aktual adalah jenis-jenis yang biasa digunakan
parasitoid sebagai inang. Kemungkinan penyebab perbedaan antara inang potensial
dan aktual terletak pada urutan proses yang harus dilalui parasitoid untuk
menggunakan sejenis inang.
6. Prediksi umum mengenai kisaran hama
menyatakan bahwa parasitoid telur dan pupa mempunyai kisaran hama yang lebih
lebar daripada parasitoid larva, dan ektopara-sitoid mempunyai kisaran hama
yang lebih lebar daripada endoparasitoid. Keduanya berkaitan dengan sistem
kekebalan yang dimiliki oleh inang. Endoparasitoid umumnya menyerang inang yang
tubuhnya terlihat. Parasitoid yang menyerang inang dalam keadaan terlihat
menunjukkan kisaran hama yang terbatas (spesialis). Sebaliknya, ektoparasitoid
cenderung menyerang inang yang tubuhnya terlindung di dalam jaringan daun,
kulit kayu, batang, atau jaringan-jaringan lain. Parasitoid yang menyerang
inang dengan tubuh tersembunyi menunjukkan spektrum inang yang lebar
(generalis).
7. Keseluruhan proses pemilihan inang
akan menentukan kisaran inang. Rangkaian proses tersebut akan menjelaskan
ketidaksesuaian antara kisaran hama potensial dan aktual karena setiap tahap
urutan akan mengurangi jumlah jenis inang yang akan ditemukan dan diserang
parasitoid.
8. Untuk mempertahankan diri, inang
mungkin menangkal parasitoid secara eksternal sebelum terjadi oviposisi, atau
secara internal setelah oviposisi terjadi. Reaksi pertahanan eksternal dapat
dilakukan dengan menggerak-gerakkan tubuh, atau inang pindah ke bagian lain
yang lebih aman. Reaksi pertahanan internal terdiri atas reaksi seluler
(enkapsulasi dan melanisasi) dan reaksi humoral. Secara umum, inang yang
berbeda menggunakan mekanisme pertahanan yang berbeda untuk menghadapi
parasitoid yang sama, tetapi parasitoid yang berbeda akan menyebabkan reaksi
pertahanan yang sama dari inang yang sama.
H.
Peranan serangga Ordo Stresiptera
Hindola
fulva adalah salah satu serangga vektor penting penyakit bakteri pembuluh kayu
cengkeh (BPKC). Salah satu musuh alami Hindola fulva yang ditemukan di Bengkulu
adalah Strepsiptera, parasitoid nimfa dan imago. Hasil identifikasi berdasarkan
ciri morfologinya diketahui bahwa parasitoid tersebut adalah Halictophagus sp.
(Strepsiptera: Halictophagidae), kemungkinan spesies baru yang belum
diidentifikasi. Karakter serangga jantan dan betina parasitoid tersebut sangat
berbeda. Imago jantan hidup bebas, tidak menempel pada inang, berukuran panjang
1.4 mm, lebar 0.4 mm; berwarna coklat terang; antena terdiri dari 7 ruas; sayap
belakang lebar, membranus, berbentuk larva, hidup menempel pada abdomen
Hindo`la, hanya bagian cephalothorak yang menonjol keluar. Tingkat parasitasi
serangan tersebut pada H. fulva relatif rendah, umumnya kurang dari 10 persen.
Serangan yang terparasit biasanya tetap hidup tetapi sifat fisiologi dan
morpologinya menjadi tidak normal.
PENUTUP
ORDO STREPSIPTERA
KESIMPULAN
Strepsiptera merupakan ordo yang hanya
memiliki 7 famili dan hanya 300 spesiesnya yang telah di deskripsikan di dunia
ini. semua spesies dari famili ini memiliki dimorphic seksual. Memiliki antenna
bercabang, dengan mata besar, berbentuk paddle atau sayap mesothorax seperti
gada, sayap metathoraxnya besar. Serangga betina berbentuk menyerupai larva
(larviform), tidak bersayap, tidak berkaki dan tidak pernah meninggalkan tubuh
inangnya, kecuali famili Mengeidae. Serangga betina dewasa dan muda memiliki
kaki dan hidup bebas, sehingga pada famili ini bukan endoparasit.
DAFTAR PUSTAKA
Hadisusanto, Suwarno. 2005. Biologi Kelas X. Jilid Ib SMA. Jakarta: Sunda
Kelapa Pustaka.
Maryati, Sri. 2004. Buku
Penuntun Biologi SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
0 komentar:
Posting Komentar