BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Fisiologi adalah
salah satu dari cabang-cabang biologi yang
mempelajari bagaimana kehidupan berfungsi
secara fisik dan kimiawi.
Istilah ini dibentuk dari kata Yunani Kuna
φύσις, physis, "asal-usul" atau "hakikat", dan
λογία, logia, "kajian". Fisiologi menggunakan berbagai metode
ilmiah untuk mempelajari biomolekul, sel, jaringan, organ, sistem organ, dan
organisme secara keseluruhan menjalankan fungsi fisik dan kimiawinya untuk
mendukung kehidupan.
Reproduksi
merupakan salah satu kemampuan hewan yang sangat penting. Tanpa kemampuan
tersebut, suatu jenis hewan akan segera punah. Oleh Karena itu, perlu
dihasilkan sejumlah besar individu baru yang akan mempertahankan jenis suatu
hewan. Proses pembentukkan individu baru inilah yang disebut reproduksi.
Reproduksi dapat terjadi secara
generative atau vegetative. Reproduksi secara vegetative tidak melibatkan
proses pembentukkan gamet, sedangkan reproduksi generative diawali dengan
pembentukan gamet. Di dalam gamet terkandung unit hereditas (factor yang
diturunkan0 yang hereditas yang sebenarnya yang terletak pada DNA.
Reproduksi pada hewan dapat terjadi
secara seksual maupun aseksual. Konsep reproduksi aseksual tidak dapat
didefinisikan dengan tepat (Karena terlalu banyak variasi), tetapi jelas bahwa
proses ini tidak berkaitan dengan proses pembentukian gamet. Reproduksi
aseksual dapat berlangsung dengan cara pembelahan, fragmentasi atau budding /
bertunas.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana system reproduksi pada hewan vertebrata dan
hewan invertebrata ?
C. Tujuan
Untuk mengetahui system reproduksi pada hewan
vertbrata dan invertebrata.
D.
Manfaat
Agar kita mampu mengetahui system reproduksi pada
hewan vertebrata dan invertebrata.
BAB II
PEMBAHASAN
Proses
pembelahan menghasilkan sel anakan yang sama besarnya, proses tersebut
dinamankan pembelahan biner. Pembelahan biner adalah proses yang melibatkan
pembelahan kromosom secara mitosis sehingga menghasilkan dua sel anakan yang
memiliki jumlah kromosom yang sama dengan kromosom induk. Apabila sel anakan
yang diperoleh tidak sama besar, proses pembelahan dapat dinamakan pembagian
atau fragmentasi. Proses fragmentasi akan memberikan hassil pembagian (individu
baru) yang tidak mempunyai strutur tertentu. Contoh, pembelahan yang terjadi
pada hydra dan poliseta. Aurelia melakukan fragmentasi dengan cara membentuk
medusa.
Gemasi
atau budding atau bertunas merupakan proses pembetukan individu baru yang
biasanya dimaksudkan untuk menambah koloni. Gemasi sulit dibedakan dari
fragmentasi. Dalam hal ini. tunas yang berbentuk berukuran lebih kecil daripada
induknya, terletak di samping (lateral), dan dibentuk dari sekelompok sel
embrional. Pembentukkan tunas samping tubuh hydra akan terjadi jika pasokan
atau ketersediaan makanan di lingkungannnya dalam keadaan baik.
Reproduksi
seksual dicirikan dengan bersatunya gamet jantan dan betina melalui proses
fertilisasi atau singami. Akan tetapi, kadang-kadang pertemuan gamte tersebut
tidak terjadi. Hal ini tampak pada peristiwa parthenogenesis. Dalam peristiwa
parthenogenesis, individu baru terbentuk dari telur atau sperma tanpa peran
serta sel benih dari lawan jen isnya. Meskipun demikian, hewan partenogenetik
hanya dapat berkembang dari telur. Parthenogenesis pada hewan dapat diamati
pada insekta tertentu, conttohnya lebah madu dan beberapa jenis tawon lainnya.
Telur lebah madu yang dibuahi bakan berkembang menjadi jantan haploid.
Dalam
peristiwa lainnya, sperma mengaktivasi ovum untuk membelah, tetapi tidak ikut
menyumbangkan materi genetic. Peristiwa ini disebut ginogenesis. Dalam
ginogenesis, embrio hanya membawa kromosom induk betina. Kebalikan dari
peristiwa ginogenesis dalah androgenesis.
Individu
parthenogenesis, ginogenesis, dan androgenesis menunjukkan kesamaan dalam hal
materi genetic yang dibawanya, yaitu materi genetic dari salah satu induk saja.
Kadang-kadang, gamet jantan dan betina dikeluarkan oleh individu yang sama.
Individu yang mengalami hal itu disebut hewan hermaprodit.
Dari
uraian di atas, dapat dipahami adanya reproduksi pada tingkat individu, yang
dapat terjadi melalui proses menetas atau lahir. Proses reproduksi juga dapat
terjadi pada tingkat sel, seperti pembelahan biner yang terjadi pada protozoa,
yang mengalami pembelahan sel secara mitosis. Namun masih dapat diamati
reproduksi pada tingkat yang lebih khusus lagi yaitu di tingklat molekuler.
Contoh peristiwa reproduksi yang terjadi pada tingkat molekuler misalnya proses
membuat salinan DNA, yang mengawali proses pembelahan mitosis. Jadi, pembelahan
di tingkat molekul merupakan bentuk proses reproduksi yang paling awal.
Proses
menyalin DNA sebenarnya merupakan proses reproduksi berbagai faktor yang akan
diwariskan kepada keturunannya. Molekul DNA merupakan rantai ganda berdiameter
kira-kira 2 mm. hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa DNA dapat membuat
saliana dirinya. Mekanisme membuat salinan DNA ini merupakan proses reproduksi
pada tingkat molekuler.
Susunan
Fungsional Organ Reproduksi Pada Hewan
Pada
hewan primitive jaringan yang menghasilkan sel gamet tersusun menyebar.
Jaringan ini terdiri atas sejumlah lokus yang berfungsi untuk perbanyakkan sel
kelamin. Pada hewan yang perkwmbangannya sudah lebih maju, bentuk dan lokasi
gonad sudah lebih jelas (terlokalisir secara lebih baik) terletak simetris
bilateral dan biasanya merupakan organ berpasangan.
Kadang-kadang,
salah satu gonad mengalami degenarsi, seperti yang ditemui pada burung betina.
Pada hewan ini, ovarium yang berkembang hanya bagian kiri, sedangkan burung
jantan tetap memiliki sepasang testis.
Ovarium
dan testis (tepatnya tubulus seminiferus) merupakan organ penghasil gamet yang
terbetuk melalui gametogenesis. Gamet dihasilkan dari sel khusus, yaitu sel
benih primordial, yang terdapat dalam gonad (ovarium atau testis). Gamet ini
selanjutnya kan berkembang menjadi sel benih.
Spermatogenesis
dan Oogenesis
Spermatogenesis
adalah proses pembentukkan sperma (gamet jantan) yang terjadi dalam testis
tepatnya pada tubulus seminirfus. Testis mamalia tersusun atas ratusan tubulus
seminirfus, yang merupakan bagian terpenting dalam proses pembentukkan sperma.
Pada bagian yang terdekat dengan dinding tubulus seminirfus terdapat
spermatogonia, yang merupakan sel diploid pembentuk sperma yang belum
terdiferensiasi.
Selama
proses spermatogenesis, spermatogonia akan berkembang biak dengan cara membelah,
menghasilakn spermatosit primer, spermatosit sekunder, dan akhirnya spermatid.
Spermatid akan mengalami proses diferensiasi dan pemasakan (maturasi) sehingga
akhirnya terbentuk sperma atau spermatozoon haploid (memiliki jumlah kromosom
setengah dari jumlah kromosom spermatogonia). Diferensiasi spermatid menjadi
spermatozoon berlnagsung di dekat lumen tubulus, yaitu dalam sel sertoli. Jika
telah masak, spermatozoon akan dilepakan ke lumen tubulus seminiferus.
Bentuk
sel sperma pada berbagai hewan bervariasi, tetapi pada prinsipnya dapat
dibedakan menjadi bagian kepala, bagian tengah, dan ekor. Pada kepala sperma
bagian paling depan terdapat akrosoma, yang mengandung enzim untuk melisiskan
bungkus telur (pada sperma manusia enzim
tersebut dinamakan hialuronidase). Di pusat kepala sperma terdapat inti sperma,
yang menyimpan sejumlah kode/informasi genetic yang akan diwariskan kepada
keturunannya. Di belakang kepala sperma terdapat bagian tengah sperma (sering
disebut leher) yang banyak menyimpan mitokondria. Mitokondria sangat penting
dalam pembentukkan ATP, yang merupakan sumber energy bagi sperma. Sementara,
bagian ekor sangat diperlukan untuk membantu pergerakan sperma.
Proses
pembentukkan sperma (spermatogenesis) dikendalikan oleh hormon. Informasi tentang
proses pengendalian spermatogenesis oleh hormone banyak diperoleh dari hasil
studi pada mamalia. Diferensiasi spermatid menjadi spermatozoon
(spermiogenesis) berlangsung di dalam sel sertoli. Sel sertoli merupakan sel
berukuran besar yang berperan sangat penting antara lain dalam menyediakan
makanan bagi calon sperma yang sedang berkembang dan menyingkirkan sel sperma
yang mati. Oleh karena itu, sel ini juga sering disebut sebagai sel perawat
atau nurse cells. Kerja sel sertoli dirangsang oleh FSH (Follicle Stimulating
Hormone) yang dihasilkan oleh kelenjar pituitari bagian depan.
Pengeluaran
FSH dirangsang oleh GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone), yaitu hormone
pelepas gonadotropin dari hipitalamus. Gonadotropin pada manusia meliputi FSH
dan LH. Pada mulanya, FSH merangsang sel
spermatogonia untuk membelah secara mitosis beberapa kali, dan diakhiri dengan
pembelahan meiosis sehingga dihassilkan spermatid yang bersifat haploid.
Diduga, FSH juga merangsang sel Sertoli untuk melepaskan zat tertentu yang
dapat merangsang dimulainya spermiogenesis (diferensiasi spermatid menjadi
sperma).
Selain
oleh FSH, sel sertoli juga dirangasang oleh testosterone atau androgen (hormone
yang dikeluarkan oleh sel Leydig). Testosteron merupakan hormon yang juga
penting untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan organ reproduksi serta
cirri seks sekunder pada hewan jantan. Pelepasan testosterone dikendalikan oleh
hormon pituitari anterior yang lain, yaitu LH (Luteinizing Hormone), yang
pengeluarannya juga dikendalikan oleh GnRH.
Spertmatogenesis
yang terjadi pada vertebrata yang lebih rendah pada dasarnya sama dengan proses
yang terjadi pada manusia. Namun, di antara kelas vertebrata terdapat perbedaan
struktur testis. Testis mamalia, burung, reptile, dan amfibi anura
memperlihatkan komponen tubulus seminiferus berbentuk tubular (saluran/pipa),
yang berselang-seling dengan sekumpulan sel interstitial. Sementara, testis
amfibi urodela dan ikan tersusun atas lobus atau lobules yang masing-masing
mengandung sejumlah besar kista seluler.
Kista
adalah organ berongga yang berisi cairan. Setiap kista berasal dari jaringan
spermatogonia. Semua sel dalam suatu kista dan semua kista dalam suatu lobula
biasanya memiliki tingkat perkembangan spermatogenesis yang sama. Di dalam setiap
kista juga terdapat sel sertoli. Lobula yang terletak paling belakang
kemungkinan besar mengandung spermatozoa yang sudah lebih siap untuk membuahi
daripada lobula yang terletak pada bagian depannya.
Oogenesis
adalah proses pembentukkan gamet betina (ovum) yang terjadi dalam ovarium.
Proses ini ditandai dengan adanya perubahan oogonium menjadi oosit (calon ovum)
yang akan mengalami pemasakan sehingga menjadi ovum yang siap dibuahi. Selama
perkembangan oosit, vitelogenesis. Vitelus yang disintesis akan ditimbun di
ooplasma sebagai cadangan makanan bagi embrio yang akan berkembang kelak.
Adanya timbuna vitelus dalam ovum (pada
ooplasma) menyebabkan oosit bertambah besar.
Pada
akhir oogenesis, oosit mengalami pembelahan meiosis atau sering disebut
pembelahan pemasakan, yang akan menghasilkan ovum haploid, yaitu ovum yang
memiliki kromosom setengah dari jumlah kromosom sel induk (n kromosom). Akan
tetapi, proses meiosis tersebut pada umumnya tidak berlangsung hingga tuntas
dan berhenti pada meiosis tahap pertama. Oleh karena itu, pada saat
diovulasikan, ovum (oosit) masih mengandung dua perangkat kromosom dan belum
bersifat haploid.
Proses
penyeleaian pembelahan meiosis pada ovum akan terjadi jika ada rangsang berupa
pemasukan sperma ke ovum. Jadi, meiosis tahap dua baru terselesaikan pada saat
sperma masuk ked al;am ovum, tepatnya ketika inti sperma baru sampai di
sitoplasma, sebelum terjadi pertemuan antara inti sperma dan inti ovum. Pada
saat inti sperma bertemu dengan inti ovum, pembelahan meiosis tahap dua sudah
berlangsung, sehingga ovum benar-benar telah menjadi ovum haploid dan telah
siap dibuahi. Pada vertebrata rendah, misalnya ikan, pertumbuhan oosit,
vitelogenesis, dan ovulasi juga dipacu oleh hormone gonadotropin.
Proses
pemasakan telur (ovum) yang terjadi pada mamalia telah dipahami dengan lebih
baik daripada pemasakan telur yang terjadi pada hewan lain. Proses pemasakna
telur pada hakikatnya merupakan peristiwa yang membentuk siklus. Siklus
pemasakan telur pada kebanyakan mamalia disebut siklus estrus, sedangkan siklus
pada primate disebut siklus menstrual. Kedua siklus tersebut memperlihatkan
adanya perbedaan.
Pada
hewan yang mengalami siklus estrus, selama satu siklus hewan betina siap
menerima hewan jantan untuk kawin hanya dalam waktu yang singkat yaitu pada
masa ovulasi. Selain itu, dinding saluran reproduksi pada akhir siklus tidak
mengalami disintegrasi dan tidak luruh sehingga tidak ada pendarahan. Siklus
estrus terdiri atas empat tahap/fase yaitu tahap diestrus, proestrus, estrus,
dan melestrus. Tahapan/ fase estrus yang dialami hewan dapat dikenali dari
gambaran sel yang diperoleh melalui hasil apus vagina.
Pada
hewan yang mengalami siklus menstrual, setiap saat di sepanjang siklus hewan
betina siap menerima hewan jantan untuk kawin, sekalipun ovum baru dilepaskan
kira-kira pada pertengahan siklus. Dalam tubuh hewan betina, ovum mampu
bertahan hidup dalam keadaan baik dan siap dibuahi hingga 72-96 jam setelah
ovulasi. Pada hewan ini, selama siklus menstrual dapat ditemukan berbagai
perubahan di dalam tubuh dan organ reproduksinya. Perubahan yang dimaksud
meliputi perubahan keadaan ovarium, rahim (ketebalan endometrium), dan tingkat
hormone reproduktif di dalam darah.
Siklus
menstruasi dan siklus estrus merupakan proses yang dikendalikan oleh berbagai
hormone, baik hormone dari hipotlamus-hipofisis maupun dari ovarium.
Pengendalian hormone terhadap oogenesis dan siklus menstrual pada mamalia.
Tampak bahwa awal siklus ditandai dengan adanya menstruasi. Selanjutnya,
terjadi perkembangan folikel yang diawli oleh hormon FSH dari kelenjar pitutari
bagian depan. Folikel yang sedang berkembang akan mengeluarkan esterogen, yaitu
hormone yang merangsang endometrium untuk menebal. Hormone ini juga berperan
untuk merangsang perkembangan cirri seks sekunder wanita, sekaligus menekan
pengeluaran FSH dan merangsang pengeluaran LH dari pituitary bagian depan. LH
adalah hormone yang bertanggung jawab terhadap pemasakan folikel agar dapat
berembang secara sempurna. Apabila folikel telah masak, ovum akan keluar dari
ovarium dan membiarkan sisa folikel tetap tertinggal di dalam ovarium. Proses
keluarnya ovum dari ovarium dinamakan ovulasi.
Di
bawah pengaruh LH sisa folikel di ovarium diubah menjadi badan kunig atau
korpus luteum, yang selama beberapa hari akan menghasilkan progesterone.
Progesterone yaitu hormone yang berfungsi untuk mempertahankan ketebalan
endometrium dan perkembangan kelenjar air susu. Apabila fertilisasi tidak
terjadi dan pengeluaran progesterone dari korpus liteum mulai berkurang maka
kadar progesterone dalam darah akan menurun. Hal ini mengakibatkan endometrium
meluruh dan menstruasi pun terjadi lagi.
Proses
reproduksi pada semua hewan dikendalikan oleh hormone. Akan tetapi,
pengendalian reproduksi yang terjadi pada setiap kelas hewan tidak selalu sama.
Pada ikan reproduksi bukan hanya dipengaruhi oleh hormone, tetapi juga oleh
factor lingkungan luar sepreti foto periodic, kondisi air, makanan dan rangsang
social. Rangsang luar tersebut diterima oleh ikan melalui reseptor, kemudian
diteruskan ke pusat neuroendokrin dan akhirnya akan memengaruhi perubahan dalam
gonad (organ reproduksi).
Pembuahan,
Kebuntingan, dan Kelahiran
Proses
gametogenesis akan menghasilkan ovum dan sperma. Untuk dapat menghasilkan
individu baru, ovum harus dibuahi oleh sperma (kecuali pada peristiwa
parthenogenesis), yang biasanya terjadi melalui proses pembuahan atau
fertilisasi. Pembuahan yaitu penyatuan antara sel gamet (sel kelamin) jantan
dan betina. Proses tersebut akan menghasilkan zigot.
Pembuahan
dapat terjadi di luar tubuh (disebut fertlisasi ekstrenal) atau di dalam tubuh
induk betina (disebut fertilsasi internal). Berkaitan dengan hal tersebut,
zigot ada yang berkembang di dalam ataupun di luar sebuah induk.
Apabila
zigot berkembang di dalam tubuh induk, hewan muda akan keluar dari tubuh induk
melalui proses melahirkan. Hewan yang berkembang biak (mengahsilkan keturunan)
dengan cara melahirkan dinamakan hewan bersifat vivipar. Pada vivipar, makanan
yang diperlukan untuk perkembangan embrio dapat diperoleh dari tubuh induk
melalui organ khusus yang disebut plasenta.
Hewan
vivipar yang di dalam tubuhnya mengandung embrio yang sedang berkembang biak
dikatakan bunting. Istilah bunting atau kebuntingan biasanya digunakan untuk
hewan, sedangkan untuk manusia biasanya digunakan istilah hamil atau kehamilan.
Kebuntingan (kehamilan.pregnansi) akan terjadi apabila ovum yang diovulasikan
dapat dinuahi oleh sperma, serta mengalami perkembangan lebih lanjut melalui
tahap blastula, gastrula, dan seterusnya. Apabila perkembangan embrio telah
selesai hewan muda akan keluar dari tubuh induk.
Jika
ovum dibuahi di luar tubuh induk, embrio pada umumnya berkembang di luar tubuh
induk juga. Dalam keadaan demikian, embrio memproleh seluruh makanan yang
diperlukan dari cadangan makanan yang telah tersedia di dalam ovum atau telur.
Namun kondisi lingkungan di luar tubuh hewan sering kali tidak sesuai dengan
kondisi yang diperlukan untuk perkembangan embrio yang maksimal. Untuk itu,
induk hewan pada umumnya menyiapkan sarang khusus untuk menyimpan dan mengerami
telur mereka. Dengan demikian tercipta keadaan lingkungan yang mendukung
pembentukkan individu baru. Di dalam telur yang di erami (atau disimpan di
dalam sarang), embrio berkembang di dalam bungkus telur, yang biasanya terdiri
atas beberapa lapis. Hewan yang berkembang biak dengan cara bertelur dinamakan
hewan bersifat ovipar. Apabila perkmbangan embrio telah selesai hewan muda akan
keluar dari dalam cangkang / bungkus telur melalui proses menetas.
Selain
golongan ovipar dan vivipar, kita juga mengenal adanya hewan yang
memperlihatkan gejala khusus yang merupakan perpaduan antara keduanya. Golongan
hewan ini disebut ovovivipar. Hewan ovovivipar menyimpan telur disuatu tempat
pada tubuhnya yang juga merupakan tempat berlangsu gnya pembuahan sekaligus
tempat berlangsungnya perkembangan embrio. Pada hewan ini, makanan yang
diperlukan untuk perkembangan embrio sepenuhnya diperoleh dari telur (tidak
dari tubuh induk), seklaipun embrio berkembang dalam tubuh induk. Apabila sudah
mencapai perkembangan yang memadai hewan muda akan dikeluarkan dari tubuh induk
seperti tampak pada hewan vivipar.
Pengeluaran
individu baru / muda dari tubuh induk disebut kelahiran atau parturisi. Factor
yang memicu terjadinya kelahiran tidak diketahui dengan jelas. Akan tetapi,
proses tersebut diduga diawali dengan adanya relaksin, senyawa kimia yang
dikeluarkan oleh plasenta. Relaksin sangat diperlukan untuk meniingkatkan
keluwesan (fleksibilitas) jaringan di daerah panggul (pelvis) dan pelebaran
mulut rahim serta leher rahim (serviks uterus/jalan lahir). Pelebaran
(dilatasi) serviks merupakan salah satu factor yang akan mengahsilkan reflex pengeluaran
hormone oksitosin dari hipotalamus (melalui hipofisis bagian belakang).
Selanjutnya, oksitosin akan merangsang otot rahim untuk berkontraksi sehingga
individu muda terdorong turun ke jalan lahir. Turunnya individu muda ke jalan
lahir akan menyebabkan serviks (bahkan dinding vagian juga) semakin meregang.
Hal ini mendorong reflex pengeluaran oksitosin dalam jumlah yang lebih banyak
sehingga kontraksi dinding uterus pun akan semakin kuat. Keadaan demikian terus
berlangsung sampai akhirnya hewan muda terdorong speenuhnya dari dalam rahim,
dan terjadilah kelahiran. Dalam proses tersebut, tubuh induk akan mengeluarkan
individu muda beserta plasentanya.
Berkaitan
dengan kehamilan dan kelahiran, induk betina akan mengalami perunahan pada
kelenjar susunya sehingga dapat menghasilkan air susu. Air susu sangat
dibutuhkan oleh hewan muda sebagai sumber makanan utama pada awal hidupnya.
Masa pemberian air susu kepada hewan muda dinamakan masa laktasi. Pembentukkan
air susu dikendalikan oleh hormone prolaktin dari pituitary bagian depan, yang
pengeluarannya dirangsang oleh beberapa factor antara lain adanya
isapan/pijatan pada putting susu, kontraksi otot polos di sekitar sel kelenjar
air susu dan kontraksi otot lurik di daerah dada. Bahkan rangsang psikis seperti
mendengar tangisan bayi pun dapat merangsang pengeluaran oksitosin yang memacu
kontraksi otot pada kelenjar susu. Jadi, pengeluaran air susu dari kelenjarnya
akibat oksitosin sesungguhnya tejadi karena oksitosin memacu kontraksi otot
polos pada kelenjar air susu sehingga kelenjar mengerut dan air susu memancar
keluar.
Reproduksi
merupakan proses pembentukkan individu baru. Reproduksi dapat terjadi secara
generative dan secara vegetative. Reproduksi dipengaruhi oleh factor dalam
yaitu saraf dan hormone dan juga oleh berbagai faktor luar seperti suhu
lingkungan, makanan, dan fotoperiodisitas. Pembentukan individu baru secara
generative diawali dengan adanya pembentukkan gamet, pembuahan, dan proses
perkembangan embrio sehingga individu baru akan muncul melalui proses kelahiran
atau penetasan. Mamalia memelihara hewan muda dengan memproduksi air susu, yang
proses pembentukkannya dikendalikan pleh saraf dan hormon. Masa pemberian air
susu kepada mamalia muda dinamakan masa laktasi.
Proses
reproduksi merupakan proses yang membentuk siklus dengan gejala yang mudah
diamati, terutama pada hewan betina.kebanyakan mamalia betina mengalami siklus
estrus, tetapi primate mengalami siklus menstrual. Hormone yang mengendalikan
proses reproduksi dinamakan hormone gonadotropin, yang pada umumnya dapat
dibedakan menajdi dua yaitu LH dan FSH.
Kedua hormone tersebut dihasilkan dari kelenjar pituitary bagian depan dan
pengeluarannya dikendalikan oleh Gn-RH dari hipotalamus.
Reproduksi pada Invertebrata
1.
Perkembangbiakan aseksual
Perkembangbiakan
secara aseksual pada hewan invertebrata terjadi dengan cara:
a) Membelah
Diri
Reproduksi dengan cara membelah diri hanya terjadi pada protozoa (hewan
bersel satu), misalnya Amoeba, Paramaecium, dan Euglena.
Proses
pembelahan diawali dengan proses pembelahan inti sel menjadi dua, kemudian
diikuti pembelahan sitoplasma menjadi dua bagian yang masing-masing
menyelubungi masing-masing nukleus tersebut. Selanjutnya, bagian tengah
sitoplasma menyempit dan diikuti pemisahan yang membentuk dua individu. Pada
saat keadaan lingkungan kurang menguntungkan, Amoeba akan melindungi diri
dengan membentuk kista
yang berdinding sangat kuat. Di dalam
kista tersebut, Amoeba membelah diri berulang-ulang menghasilkan banyak individu
baru dengan ukuran yang lebih kecil. Ketika kondisi lingkungan membaik, dinding
kista akan pecah dan individu-individu baru akan keluar, tumbuh dan berkembang
menjadi Amoeba dewasa.
b) Fragmentasi
Fragmentasi adalah perkembangbiakan dengan memotong bagian tubuh,
kemudian potongan tubuh tersebut tumbuh menjadi individu baru. Hewan yang
melakukan reproduksi secara fragmentasi adalah cacing Planaria.
Cacing
Planaria mempunyai daya regenerasi yang sangat tinggi. Seekor cacing Planaria
yang dipotong menjadi dua bagian, masing-masing potongan akan tumbuh dan
berkembang menjadi dua ekor cacing Planaria.
c) Pembentukan
Tunas
Tunas adalah cara perkembangbiakan di mana individu baru merupakan bagian
tubuh dari induk yang terlepas kemudian tumbuh. contoh Hewan yang berkembang
biak dengan membentuk tunas ialah Hydra
sp.
Individu baru
Hydra terbentuk dari bagian tubuh Hydra dewasa. Setelah cukup besar, tunas akan
melepaskan diri dari tubuh induknya. Hewan lain yang melakukan reproduksi
dengan tunas misalnya ubur-ubur, hewan karang, dan anemon laut.
d) Sporulasi
Sporulasi adalah proses pembelahan berganda (pembelahan multipel) yang
menghasilkan spora. Hewan yang melakukan reproduksi dengan sporulasi adalah Plasmodium sp. Plamodium adalah
protozoa bersel satu yang dikenal sebagai penyebab penyakit malaria.
Dalam siklus hidupnya, plasmodium mengalami
dua fase, yaitu fase generatif dan fase vegetatif. Fase generatif berlangsung
di dalam tubuh nyamuk Anopheles betina, sedangkan fase vegetatif berlangsung di
dalam tubuh penderita penyakit malaria.
2.
Perkembangbiakan seksual
Pada reproduksi seksual tidak selalu terjadi pembuahan, namun
kadang-kadang dapat terbentuk individu baru tanpa adanya pembuahan, sehingga
reproduksi secara kawin pada hewan invertebrata dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu:
1. Tanpa
pembuahan, yaitu pada peristiwa partenogenesis, sel telur
tanpa dibuahi dapat tumbuh menjadi individu baru. Misalnya pada lebah jantan
dan semut jantan.
2. Dengan
pembuahan, dapat dibedakan atas konjugasi dan anisogami.
·Konjugasi, ini terjadi
pada invertebrata yang belum jelas alat reproduksinya misalnya Paramecium.
·\
·
·Anisogami, yaitu
peleburan dua asel kelamin yang tidak sama besarnya, misalnya peleburan
mikrogamet dan makrogamet pada Plasmodium, dan peleburan sperma dengan ovum di
dalam rahim.
1. Invertebrta
a.
Platyhelminthes
Organ
reproduksi jantan (testis) dan organ betina (Ovarium) pada Platyhelminthes
terdapat dalam satu individu sehingga disebut hewan hemafrodit. Alat reproduksi
terdapat pada bagian ventral tubuh. Platyhelminthes ada yang hidup bebas maupun
parasit. Platyhelminthes yang hidup bebas memakan hewan-hewan dan tumbuhan
kecil atau zat organik lainnya seperti sisa organisme. Platyhelminthes parasit
hidup pada jaringan atau cairan tubuh inangnya.
Habitat Platyhelminthes yang hidup bebas adalah di air tawar, laut, dan tempat-tempat yang lembap. Platyhelminthes yang parasit hidup di dalam tubuh inangnya (endoparasit) pada siput air, sapi, babi, atau manusia.
Reproduksi Platyhelminthes dilakukan secara seksual dan aseksual. Pada reproduksi seksual akan menghasilkan gamet. Fertilisasi ovum oleh sperma terjadi di dalam tubuh (internal). Fertilisasi dapat dilakukan sendiri ataupun dengan pasangan lain. Reproduksi aseksual tidak dilakukan oleh semua Platyhelminthes. Kelompok Platyhelminthes tertentu dapat melakukan reproduksi aseksual dengan cara membelah diri (fragmentasi), kemudian regenerasi potongan tubuh tersebut menjadi individu baru.
b. Nemathelminthes
Nemathelminthes
umumnya bereproduksi secara seksual
karena sistem reproduksinya bersifat gonokoris,
yaitu alat kelamin jantan dan betinanya terpisah pada individu yang berbeda.
Fertilisasi dilakukan secara internal. Hasil fertilisasi
dapat mencapai lebih dari 100.000 telur per hari. Saat berada di lingkungan
yang tidak menguntungkan, maka telur dapat membentuk kista
untuk perlindungan dirinya.
c. Annelida
Annelida umumnya bereproduksi
secara seksual dengan pembantukan gamet, memiliki klitelum sebagai alat
kopulasi. Klitelum = struktur reproduksi yang mengsekresi cairan &
membentuk kokon tempat deposit telur. Namun ada juga yang bereproduksi secara
fregmentasi, yang kemudian beregenerasi. Organ seksual Annelida ada yang
menjadi satu dengan individu (hermafrodit) dan ada yang terpisah pada individu
lain (gonokoris) melalui larva trochophore berenang bebas.
d. Arthropoda
Secara
normal udang adalah diossious, hanya dalam keadaan luar biasa mereka adala
hemaprodit. Alat reproduksi jantan adalah testis terletak di bawah pericardial
sinus. Dua vasa differensia yang terbuka melalui coxopodite pada kaki jalan ke
5. Alat reproduksi betina adalah ovarium yang berupa testis baik bentuk maupun
letaknya. Sebuah oviduct terbuka pada coxopodite pada kaki jalan ketiga.
Kopulasi udang biasanya terjadi pada bulan September, Oktober, Nopember pada
tahun pertama. Mereka hidup bersama setelah umur mereka lebih satu bulan.
Kopulasi kedua terjadi pada musim hujan kedua.
e. Moluscca
Mollusca
bereproduksi secara seksual dan masing-masing organ seksual saling terpisah
pada individu lain.Fertilisasi dilakukan secara internal dan eksternal untuk menghasilkan
telur.Telur berkembang menjadi larva dan berkembang lagi menjadi individu
dewasa.
f. Echinodermata
Secara umum
filum Echinodermata, menglami
seks secara terpisah dengan beberapa perkecualian. Gonad yang relative besar
terletak di sebelah luar dengan pembuluh sederhana, jumlah ovum banyak sekali
dan pembuahan terjadi dalam air, larva mikroskopis, bersilia dan transparan
serta biasanya hidup bebas dengan berenag-renang dalam air, bermetamorfosis
yang kompleks. Beberapa spesies vivipar, beberapa berkembang biak dengan
aseksual yaitu dengan pembelahan sel, memiliki daya regenerasi yang besar
sekali bila terdapat bagian yang rusak atau terlepas.
Contohnya
pada bintang laut, seks bintang laut terpisah yakni ada yang jantan atau
betina. Alat reproduksi strukturnya bercabang-cabang pada masing-masing lengan
terdapat dua cabang yang berada di bagian dasar pertemuan lengan. Pada hewan
betina alat seksnya dapat melepaskan 2,5 juta telur dalam tiap 2 jam, sehingga
tiap musim bertelur dapat melepaskan telur sebanyak kurang lebih 200 juta.
Hewan jantan pun dapat menghasilkan sperma lebih banyak dari jumlah sel telur
telur betina. Fertilisasi atau pembuahan terjadi dalam air, kemudian akan
tumbuh menjadi larva bipinria.
g. Porifera
Porifera
melakukan reproduksi
secara aseksual
maupun seksual.
Reproduksi secara aseksual terjadi dengan pembentukan tunas dan gemmule.
Gemmule disebut juga tunas internal. Gemmule dihasilkan menjelang musim dingin
di dalam tubuh Porifera yang hidup di air tawar. Secara seksual dengan cara
peleburan sel sperma dengan sel ovum, pembuahan ini terjadi di luar tubuh
porifera.
h.
Coelenterata
Reproduksi
Coelenterata terjadi secara aseksual dan seksual.Reproduksi aseksual dilakukan
dengan pembentukan tunas.Pembentukan tunas selalu terjadi pada Coelenterata
yang berbentuk polip.Tunas tumbuh di dekat kaki polip dan akan tetap melekat
pada tubuh induknya sehingga membentuk koloni. Reproduksi seksual dilakukan
dengan pembentukan gamet (ovum dengan sperma).Gamet dihasilakan oleh seluruh
Coelenterata bentuk medusa dan beberapa Coelenterata bentuk polip.Contoh
Coelenterata berbentuk polip yang membentuk gamet adalah hydra.
2. Vertebrata
a. Pisces
Pada fase permulaan tidak dapat dibedakan jantan atau betinanya, tapi
fase berikutnya akan tumbuh menjadi jantan atau betina. Dengan demikian
cyslostomata adalah diocious pada hewan dewasa. Pada hewan yang dewasa terdapat
gonad yang memanjang terletak dalam rongga abdominalis. Tidak memiliki saluran
genetialis, sel telur atau sperma ditumpahkan melalui sepasang porus genitalis
ke dalam sinus urogenitalis kemudian keluar. Contoh pada kelas chondrichthyes
(kelas ikan bertlang rawan) :
Seks terpisah, alat kelamin jantan terdiri atas sepasang testis,
terdapat beberapa vasa efferensia yang menuju vasa deferensia. Saluran itu
terbentang sebelah bawah ginjal dan berakhir pada papil urogenitalis. Pada
perkawinan sperma tertuang pada kloaka hewan betina dengan bantuan claspers.
Alat reproduksi
ikan (a) betina dan (b) jantan
Alat kelamin betina terdiri atas sebuah ovarium yang
menggantung sebelah dorsal denga satu membrane. Dua buah ovianterior mempunyai
saluran besar di mana sel-sel telur masak kedalamnya. Pada bagian anterior
masing-masing saluran melebar sebagai glandulae shell. Pada jenis yang
ovovivipar pada bagian posterior itu mengalami perluasan menjadi “uterus” yang
akan berisi hewan yang masih muda sekali. Saluran oviduct akan terbuka secara
terpisah ke dalam kloaka.
b. Amphibi
System
reproduksi pada amphibi terjadi atas :
1. Sistema genitalis masculinus
Berupa sepasang testis berbentuk oval berwarna keputih-putihan, terletak
di sebelah anterior dari ren, diikat oleh alat penggantungnya yang kita sebut
mesorchium yang terjadi dari lipatan peritoneum. Di sebelah cranial testis
melekatlah corpus adiposum suatu zat lemak yang berwarna kekuning-kuningan,
sedang di sebelah median dataran testis terdapat saluran-saluran halus yang
disebut vasa efferentia yang bermuara pada saluran kencing, kemudian menuju ke
kloaka. Akhir dari ureter mengalami pembesaran dan disebut vesicular seminalis,
yakni sebagai tempat penampungan spermatozoa sementara.
2.
Sistema
genitalis feminus
Sistema genitalis feminus yang terdiri atas sepasang ovarium dilkatkan
denga bagian dorsal coelom oleh alat penggantung yang disebut mesovarium, yang
terjadi dari lipatan peritoneum. Pada hewan yang telah dewasa kadang-kadang ovum
yang berwarna hitam dan putih berbentuk bintik-bintik. Pada ovarium juga
terdapat corpus adiposum yang berwarna kekuning-kuningan.
Pada “breeding season” ovum yang telah masak menembus dinding ovarium
untuk masuk kedalam oviduct, yaitu suatu saluran yang berkelok-kelok dengan
ujung terbuka sehingga tidak berhubungan dengan ovarium. Pada sebelah posterior
saluran ini melebar dengan dinding yang tipis, kadang-kadang ada yang menyebut
sebagai uterus. Selanjutnya ovum menuju ke kloaka pada suatu papillae.
Fertilisasi terjadi di luar tubuh, tapi walaupun demikian “ breeding season”
katak jantan menempel di punggung katak betina untuk memudahka terjadinya
fertlilisasi.
c. Reptilia
Sistem reproduksi atau genitalis dapat dibedakan menjadi sistema
genitalis feminalis dan sistema genitalis masculinalis.
Sistema genitalis feminus terdiri atas sepasang ovarium yang berbentuk
ovoid, pada datarannya terdapat benjolan retroperitoneal. Oviduct yang
merupakan saluran berdinding tipis, mulai cranial sebagai corong ostium
abdominalis. Oviduct memiliki kelenjar dindingnya yang member kulit keras pada
ovum yang sudah dibuahi. Oviduct bermuara di cloaka yang dinding dorsal agak ke
muka dari pada muara ureter.
Alat reproduksi reptil (a) betina dan
(b) jantan.
Sistema genitalis musculinus terdiri atas sepasang testis, yang
berbentuk oval kecil berwarna keputih-putihan. Di dekatnya terdapat saluran
epididimis, kemudian dilanjutkan oleh saluran vasa deferensia. Pada bagian
caudanya bersatu dahulu dengan ureter baru masuk kloaka. Di samping itu semua
terdapat alat kopulasi yang di sebut hemi penis, yang terjadi atas dua organon
yang terjadi karena tonjolan dinding kloaka. Pada waktu istirahat melipat masuk
dengan dinding otot di sebelahnya. Pada waktu hemipenis ditonjolkan keluar
sedang otot daging ke sebelah dalam. Semua bagian alat-alat genetalis itu
digantung oleh penggantung yang masing-masing ialah mesovarium untuk ovarium,
ligament untuk oviduct, mesochium untuk testis.
d.
Aves
Pada hewan jantan terdapat sepasang testis yang bulat, berwarna putih,
melekat di sebelah anterior dari ren dengan suatu alat penggantung. Testis
sebelah kanan lebih kecil dari pada yang kiri. Dari masing-masing testis
terjulur saluran vasa deferensia sejajar dengan ureter yang berasal dari ren. Pada
sebagian besar aves memiliki vesicular seminlais yang merupakan gelembung kecil
bersifat kelenjar sebagai tempat menampung sementara sperma sebelum dituangkan
melalui papil yang terletak pada kloaka. Di dalam kloaka pada beberapa spesies
memiliki penis sebagai alat untuk menuangkan sperma ke kloaka hewan betina.
Pada hewan betina terdapat sepasang ovary, hanya yang dextrum mengalami
atrophis (mengecil dan tidak bekerja lagi). Dari ovary menjulur oviduct panjang
berkelok-kelok, berlubang pada bagian cranial dengan suatu bentuk corng. Lubang
oviduct itu disebut ostium abdominalis. Dinding oviduct selanjutnya tersusun
atas musculus dan epithelium yang bersifat glandular, yang member sekresi yang
kelak membungkus telur, yakni albumen sebagai putih telur, membrane tipis di
sebelah luar albumen, dan cangkok yang berbahan zat kapur yang disebut oleh
kelenjar di sebelah caudal. Uterus yang sebenarnya belum ada. Fertilisasi
terjadi di dalam tubuh dengan jalan mengadakan kopulasi.
e.
Mamalia
Pada hewan jantan terdapat testis yang terletak dalam skrotum yang
merupakan perluasan kulit ganda dari rongga abdomen di sebelah bawah atau muka
anus. Antara rongga skrotum dan abdomen terdapat saluran penghubung yang
disebut canalis inguinalis. Dari masing-masing testes (jamak, testis) sperma
dikumpulkan melalui pembuluh epididmis terus ke saluran sperma atau vasa
deferensia. Saluran ini bersama-sama pembuluh darah dan saraf pada canalis
inguinalis membentuk funiculus spermaticus masuk dalam rongga abdomen. Kedua
vasa deferensia pada akhirnya masuk dasar uretra membentuk saluran umum
urogenitalis melalui alat kopulasi penis yang akan mentransfer sperma ke dalam
vagina hewan betina pada waktu kopulasi.
Terdapat dua kelenjar yakni kelenjar prostat yang terletak sekitar dasar
uretra dan glandulae bulbo urethralis yang glandulae cowperi yang terletak juga
pada sekitar urethra pangkal pennies. Kedua kelenjar itu mengeluarkan yang
sifatnya memudahkan dalam transper sperma. Kecuali kedua macam kelenjar
tersebut beberapa jenis mamalia memiliki glandulae vesicalis (kadang-kadang
dengan salah disebut vesica seminalis) dan glandulae inguinalis yang terletak
pada pangkal penis, kelenjar itu mengeluarkan getah berbau yang merangsang
hewan betina.
Hewan betina memiliki dua ovari yang terletak di belakang ren. Sebelah
lateral dari masing-masing ovarium terdapat pembuluh ostium yang selanjutnya
berhubungan dengan saluran silindris oviduct (tuba falopi). Kedua oviduct itu
membentuk saluran yang berdinding tebal yang disebut vagina yang terletak
antara vesica urinaria dan rectum dan berakhir pada muara urogenitalis. Di
sebelah ventral dari muara urogenitalis terdapat badan kecil yang disebut
clitoris yang homolog dengan pennies pada hewan jantan.
Dalam reproduksi ova dihasilkan oleh foliculus graafi (follicle de
graff) yang kemudian masuk ostia. Di dalam oviduct ova akan dibuahi oleh sperma
yang pindah dari vagina setelah kopulasi. Ova yang telah dibuahi akan
memisahkan pada uterus. Dalam proses selanjutnya terbentuk membrane fetalis dan
plasenta. Melalui plasenta itu embrio mendapat makanan dari induknya selama
dalam kandungan sampai lahir.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Reproduksi merupakan proses pembentukkan
individu baru. Reproduksi dapat terjadi secara generative dan secara
vegetative. Reproduksi pada hewan dapat terjadi secara seksual maupun aseksual.
Konsep reproduksi aseksual tidak dapat didefinisikan dengan tepat (Karena
terlalu banyak variasi), tetapi jelas bahwa proses ini tidak berkaitan dengan
proses pembentukian gamet. Reproduksi aseksual dapat berlangsung dengan cara
pembelahan, fragmentasi atau budding / bertunas.
DAFTAR
PUSTAKA
Tim Ganesha Operation. 2004. Instan Biologi SMA.Erlangga: Jakarta.
Oemarjati, Boen S dan Wisnu Wardhana. 1990. Taksonomi Avertebrata Pengantar Praktikum Laboratorium. UI Press: Jakarta.
Akhyar,M. Salman. 2004. BIOLOGI untuk SMA Kelas 1(KelasX) Semester2. Bandung : Grafindo Media Pratama.
Http://www.google.com
Gimn to mbak mau dibuat belajar malah salah,reprofuksi seksual itu persatuan gamet yo,liaten pembahasanmu salah
BalasHapusBener deng,maaf
HapusTjin gold mine: Tjin gold mine
BalasHapusThe gold 2014 ford fusion energi titanium mine is a large mine titanium jewelry for piercings near Tjin gold mine in the southern titanium scrap price China that is titanium alloys famous for its ore deposits and for its natural titanium dive knife cooling,