dinoflagellata

0 komentar




BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
 Flagellata dalam bahasa Latin diambil dari kata flagell yang berarti cambuk. Ciri khas dari kelas flagellata ini adalah alat geraknya yang berupa cambuk getar (Sudewa, 2010). Selain berfungsi sebagai alat gerak, flagel juga dapat digunakan untuk mengetahui keadaan lingkungannya atau dapat juga digunakan sebagai alat indera karena mengandung sel-sel reseptor di permukaan flagel dan alat bantu untuk menangkap makanan (Haeckel’s, 1904 dalam Verda, 2010). Berikut akan dibahas lebih lanjut mengenai klasifikasi, ciri-ciri morfologi, ciri-ciri fisiologi, lingkungan ekologi dan tingkah laku, cara reproduksi dan siklus hidup, dan peranan flagellate Beberapa organel flagelata menyerupai struktur amuba, namun dengan tambahan struktur lain yang unik.
 Flagelata memiliki 1 inti atau lebih dari 1 inti dan alat pergerakan (alat neuromotor) yang terdiri dari kinetoplas dan flagel. Kinetoplas terdiri dari blefaroplas, kadang-kadang ada benda parabasal. Aksonema merupakan bagian flagel yang terdapat di dalam badan parasit. Kadang-kadang ada struktur yang nampak sebagai satu garis mulai dari anterior sampai ke posterior yang disebut aksostil. Di samping badan parasit terdapat membran bergelombang dan kosta yang merupakan dasarnya. Beberapa spesies flagelata mempunyai sitostoma (Margono, 1998). Berdasarkan struktur morfologinya, Flagellata dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu Fitoflagellata dan Zooflagellata. Fitoflagellata merupakan kelompok flagellata yang memiliki ciri seperti tumbuhan, sedangkan Zooflagellata merupakan kelompok flagellata yang memiliki ciri seperti hewan (Roger, 1988).

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana ciri-ciri Dinoflagellata ?
2.      Bagaimana cara perkembangbiakan Dinoflagellata ?
3.      Dimana habitat/ tempat hidup Dinoflagellata ?
4.      Apa manfaat Dinoflagellata dalam kehidupan ?

C.    Tujuan

1.    Untuk mengetahui ciri-ciri Dinoflagellata.
2.    Untuk mengetahui cara perkembangbiakan Dinoflagellata.
3.    Untuk mengetahui habitat/ tempat hidup Dinoflagellata.
4.    Untuk mengetahui manfaat Dinoflagellata dalam kehidupan.


D.    Manfaat
Kajian mengenai Flagellata ini memiliki banyak manfaat bagi semua pihak yang membaca, antara lain:
1.       Bagi mahasiswa, yaitu menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Flagellata. Memperdalam pemahaman mengenai dinoflagelata.
2.      Bagi masyarakat, yaitu menambah pengetahuan tentang hewan yang berukuran mikro tetapi memiliki peranan vital di lingkungan perairan.




BAB II
PEMBAHASAN


A.    PENGERTIAN DINOFLAGELLATA

Pada tahun  1753, para dinoflagellata modern pertama kali dijelaskan oleh Henry Baker sebagai "animalcules yang menyebabkan Cahaya didalam Air Laut", dan dinamai oleh Otto Friedrich Müller pada 1773.  Istilah ini berasal dari kata Yunani δῖνος (dinosaurus ), yang berarti 'berputar', dan Latin flagellum, istilah kecil untuk cambuk.
Pada tahun 1830-an, para microscopist Jerman Christian Gottfried Ehrenberg memeriksa banyak air dan sampel plankton dan  dinoflagellata yang diusulkan beberapa  masih digunakan saat ini termasuk Peridinium, Prorocentrum dan Dinophysis.
Dinoflagellata yang sama pertama kali didefinisikan oleh Otto Bütschli pada 1885 sebagai urutan Dinoflagellida flagellata. Botani  memperlakukan mereka sebagai sebuah divisi dari ganggang, bernama Pyrrophyta
Dinoflagellata adalah protista yang telah diklasifikasikan menggunakan kedua Kode Internasional Nomenklatur Botani (ICBN) dan Kode Internasional Nomenklatur Zoological (ICZN). Sekitar setengah dari spesies hidup dinoflagellata yang autotrop memiliki kloroplas dan setengah
heterotrop non-photosinthesis.
Sebagian besar dinoflagellata memiliki dinokaryon. Dinoflagellata dengan dinokaryon yang diklasifikasikan dalam Dinokaryota, sementara dinoflagellata tanpa dinokaryon yang diklasifikasikan dalam Syndiniales.
Meski tergolong eukariota, inti dinoflagellata tidak bersifat eukariotik, karena mereka tidak memiliki histon, nukleosom dan mempertahankan kromosom terus kental selama mitosis.
Secara umum Flagellata memiliki daur hidup dalam bentuk trofozoit dan kista. Berkembang biak dengan cara vegetatif berupa pembelahan biner dan cara generatif berupa konjugasi. Flagellata hidup secara soliter atau bentuk koloni. Mereka umumnya hidup bebas dan terdapat di lautan, lingkungan air tawar, atau daratan. Beberapa spesies bersifat parasitik, hidup pada organisme inang. Inang protozoa yang bersifat parasit dapat berupa organisme sederhana seperti algae, sampai vertebrata yang kompleks, termasuk manusia. Beberapa spesies dapat tumbuh di dalam tanah atau pada permukaan tumbuh-tumbuhan.
Beberapa spesies Flagellata memiliki peran yang penting dalam ekosistem air, yaitu sebagai fiplankton dan zooplankton. Oleh karena itu, untuk lebih mendalami mengenai Flagellata, diperlukan kajian lebih mendalam mengenai beberapa aspek yang meliputi morfogenesis, habitat, fisiologis, daur hidup, reproduksi dan peranan Flagellata, sehingga diharapkan akan muncul penelitian lanjutan mengenai Flagellata dan usaha pemanfaatannya untuk masa yang akan datang.
Flagellata (dalam bahasa Latin diambil dari kata “flagell” yang berarti cambuk) atau Mastigophora (dari bahasa Yunani,”mastig” yang berarti cambuk, dan “phora” yang berarti gerakan), dalam taksonomi kuno Flagellata merupakan salah satu kelas dalam filum protozoa atau protista yang mirip hewan, namun dalam taksonomi modern menjadi superkelas yang dibagi menjadi dua kelas, yaitu fitoflagelata dan zooflagelata.
Alat gerak Flagellata adalah flagellum atau cambuk getar, yang juga merupakan ciri khasnya, sehingga disebut Flagellata (flagellum = cambuk). Letak flagel berada pada ujung depan sel (anterior), sehingga saat bergerak seperti mendorong sel tubuhnya, namun ada juga letak flagel di bagian belakang sel (posterior). Selain berfungsi sebagai alat gerak, flagela juga dapat digunakan untuk mengetahui keadaan lingkungannya atau dapat juga digunakan sebagai alat indera karena mengandung sel-sel reseptor di permukaan flagel dan alat bantu untuk menangkap makanan.
Dilihat dari bentuknya, Flagellata dikelompokkan menjadi dua, yaitu berbentuk seperti tumbuhan yang dinamakan Fitoflagellata, dan yang berbentuk seperti hewan yang dinamakan Zooflagellata.
Fitoflagelata adalah flagellata yang mirip dengan tumbuhan karena memiliki plastida, sehingga dapat melakukan fotosintesis (Roger, 1988). Berdasarkan ciri-ciri morfologinya, Fitoflagellata diklasifikasikan menjadi 8 ordo, yaitu: Kriptomonadida, Euglenoida, Dinoflagellata, Krisomonadida, Prymnesiida, Volvocida, Prasinomonadida, dan Silicoflagellida (Roger, 1988).
Pyrrophyta atau lebih dikenal sebagai Dinophyceae atau Dinoflagellata, termasuk organisme uniselular biflagellata, yang membentuk komponen penting di perairan laut, air payau, dan air tawar. Pertambahan bentuk flagellate sebagai peningkatan ekspresi terhadap habitatnya, bentuknya seperti coccoid, filamentous, palmelloid dan kelompok amoboid. Variasi morfologi tersebut terjadi karena keanekaragaman nutrisi pada tiap-tiap habitat.
Warna kemerahan pada dinoflagellata disebabkan pigmen yang benama piridinin, selain itu divisi ini mempunyai klorofil a dan klorofil c, β karoten, xantofil, neoperidinin, dinoxantin, neodinoxantin, dan diatoxanthin. Cadangan makanannya berupa amilum. Organisme ini mempunyai dua tipe dinding sell, dinnoflagellata telanjang (Noctiluca sp.) mempunyai dinding yang halus dan fleksibel, dan yang lain tersusun dari lapisan selulosa, kebanyakan dinoflagellata mempunyai 2 flagel sebagai alat pergerakkan. Berdasarkan pementukan makanan dinnoflagellata  di bagi menjadi heterotrofik dan autotrofik, dan terkadang mempunyai sifat keduanya.  Ada yang Bergerak dan tidak, Bereproduksi secara seksual dan aseksual.
Seperti organisme bersel tunggal lainnya, dinnoflagellata menunjukan sifat prokariotik dan eukariotik, terkadang dinnoflagellata dikelompokkan zoologist sebagai protozoa, dan terkadang dimasukkan para botanist ke dalam alga, dinnoflagellata menggabungkan kedua sifat tersebut dan menjadi organism paling sukses bertahan hidup di bumi. Bagaimanapun, dengan keunggulannya, dinnoflagellata tumbuh dengan lambat.
     
B. CIRI UMUM DINOFLAGELLATA
Beberapa cirri umum yang di miliki oleh Dinoflagellata yaitu :
ü  merupakan organisme bersel tunggal, memiliki nucleus yang besar, memiliki stigma dan trichocysts.
ü  Memilki kloroplas yang kecil  yang berbentuk discoid dan bentuk lainnya yang berisi pigmen untuk berfotosintesis sama dengan yang ada pada diatom.
ü  Pigmen yang dimiliki adalah klorofil a, c,karoten, xanthophylls, peridinin, neoperidinin, dinoxanthin, neodinoxanthin, dan diatoxanthin.
ü   Ukuran selnya yakni antara 25µm - 1000µm. Terdapat juga spesies yang tumbuh dengan rantai yang panjang atau pseudocoloni.
ü   Jumlah spesiesnya antara 1000-1500 spesies dan sebagian besar adalah spesies laut.
ü  Cadangan makanan Dinoflagellata berupa tepung dan minyak.
ü  Habitatnya kebanyakan pada lingkungan laut dan estuary. Biasanya mendominasi   perairan tropis  dan sub tropis. Dinoflagellata yang biasanya ditemukan d laut contohnya Peridinium, Ceratium, Prorocentrum, Gonyaulax, Exuviella, Oxytoxum dan Gymnodinium. Di perairan Maluku, dinoflagellata yang ditemukan adalah Peridinium, Ceratium, Pyrocystis, Gymnodinyum, Protoperidinium.
Organisme yang termasuk kedalam ordo Dinoflagellata banyak ditemukan di air tawar maupun air laut, dan merupakan sumber makanan penting bagi organisme kecil lainnya. Kelompok Dinoflagellata ini memiliki ciri-ciri: bentuk selnya bi-conical (seperti katup), memiliki alur spiral yang disebut cingulum dan celah longitudinal yang disebut sulkus, dan memiliki bentuk plastid yang bulat memanjang (Roger, 1988). Dinoflagellata memiliki 2 flagela. Kedua flagella muncul dari satu lubang pada persimpangan antara singulum dan sulkus. Dinoflagellata mampu bereproduksi secara aseksual dan seksual. Secara Aseksual biasanya melalui pembelahan mitosis khususnya pada dinoflagellata oseanik. Secara seksual melalui meiosis atau bila kondisi lingkungan memburuk akan berkembang menjadi kista istirahat dengan dinding sel yang tebal.
Organisme yang termasuk kedalam ordo Dinoflagellata banyak ditemukan di air tawar maupun air laut, dan merupakan sumber makanan penting bagi organisme kecil lainnya. Kelompok Dinoflagellata ini memiliki ciri-ciri: bentuk selnya biconical (seperti katup), memiliki alur spiral yang disebut cingulum dan celah longitudinal yang disebut sulkus, dan memiliki bentuk plastid yang bulat memanjang (Roger, 1988). Dinoflagellata memiliki 2 flagela. Kedua flagella muncul dari satu lubang pada persimpangan antara cingulum dan sulcus. Dinoflagellata mampu bereproduksi secara aseksual dan seksual. Secara Aseksual biasanya melalui pembelahan mitosis khususnya pada dinoflagellata oseanik. Secara seksual melalui meiosis atau bila kondisi lingkungan memburuk akan berkembang menjadi kista istirahat dengan dinding sel yang tebal.
Contoh dari dinoflagellata antara lain Noctiluca miliaris dan Gymnodinium breve. Gymnodinium breve memiliki bentuk mirip seperti kunci gembok. Gambar 4.2 Euglena viridis (Sumber: Nahle, 2007)
Tubuhnya organisme ini dikelilingi oleh selulosa. Noctiluca miliaris kebanyakan hidup di air laut. Noctiluca miliaris dapat memancarkan sinar (bioluminense) apabila tubuhnya terkena rangsangan mekanik (Irfani, 2011). Gambar spesies Gymnodinium breve disajikan pada Gambar 4.3.

Karakteristik dari dinoflagelata, hanya sekitar setengah dari spesies dinoflagelata yang mengandung pigmen yang dapat berfotosintesis, sementara yang lain adalah hetertotrop. Hanya dinoflagelata yang mampu untuk fotosintesis yang dibahas disini. Adanya dua pola pigmentasi adalah hal yang umum terjadi pada dinoflagelata. Banyak dinoflagelata yang mcmiliki klorofil A dan C2 dan peridinin, sementara yang lain memiliki klorofil A, Ci dan C2 dan fucoxanthin. Keberadaan pigmen yang ada pada sedikit dinoflagelated yang lain akan dibicarakan kemudian. Karbohidrat disimpan scbagai zat tepung, tetapi keberadaan lemak mungkin lebih penting sebagai cadangan. Sel dari dinofelgelatri tidak dilingkupi olch dinding tetapi memiliki sebuah theca sebagai pokok membran sel, yang mana terdiri dari piling yang tenuri dari selulosa. Nukleus dan koroplast memiliki sifat yang tidak biasa.
Kebanyakan dinoflagelata adalah sel biflagelata solitary. Dua tipe dasar teteh dapat dibedakan. Desmokontt memilild dua anterior flagelata ; satu flagellum mungkin melingkari diatas permukaan sel Dinokont memiliki segala insert yang lateral; satu flagelum adalah seperti pita dan melingkari sel pada sebuah lekukan dan flagellum yang lain berkembang terbaik. Tipe sel dinikont dibagi oleh lekukan ekuatorial atau korset kedalam epiconc dan hypocone. Flagellum posterior berkembang sampai ke tempat penurunan yang disebut sulcus. Nama dinoflagelata berasal dari gerakan berputar dari sel swimming. Meskipun kcbunyakan dinoflagelata adalah flagelata uniselular, koloni dari sel flagelata, sel non-flagelata, pengumpulan palmelloid, dan filamen adalah diketahui. Sel vegetatif non flagelata menunjukkan reproduktif membentuk dinokont.
C. KLASIFIKASI DINOFLAGELLATA
      Pyrrophyta (Alga Api)

Name :Dinoflagellates

Class :Dinoflagellata, Dinophyceae

Phylum :Dinophyta

Order :Gonyaulacales

Species :Gonyaulax balechii
Gambar gonyaulax balechii
Gonyaulax menyebabkan kerusakan pada industri utama. Gonyaulax merupakan salah satu dinoflagellata bertanggung jawab untuk munculnya pasang merah. Selama pasang merah, banyak ikan, ikan paus, manatee, dan pantai burung telah mati dalam jumlah besar karena kondisi anoxic dihasilkan oleh dinoflagellata mekar. Gonyaulax racun dari hewan laut juga dapat langsung beracun di bagian atas piramida makanan. Gonyaulax merupakan produsen utama dalam jaringan makanan. Mereka adalah salah satu unsur utama dari komunitas plankton laut, yang bertanggung jawab untuk sebagian besar fiksasi karbon fotosintesis di laut. Sebagai produsen utama merreka mendukung kehidupan semua organisme laut utama. Kista Gonyaulax mungkin menunjukkan cadangan minyak bumi. Mereka telah berguna bagi industri bahan bakar fosil. Plankton mati jatuh ke dasar laut telah dikonversi menjadi senyawa minyak bumi selama jutaan tahun, akibat peningkatan tekanan lapisan sedimen. kista dinoflagellata Jadi fosil diharapkan untuk menunjukkan lokasi cadangan minyak bumi. Toksin Gonyaulax memiliki aplikasi medis. Paradoksnya, racun Gonyaulax dapat bermanfaat. Saat ini sedang dilakukan penelitian tentang penggunaan saxitoxin dimodifikasi secara kimia dalam pengobatan gangguan syaraf dan jantung. Selain itu, saxitoxin mungkin memiliki kepentingan di masa depan sebagai anestesi lokal. Hiburan nilai bioluminescence! Memberi kita karunia bioluminescence Gonyaulax. menampilkan waktu mereka telah pelaut malam cahaya terpesona di seluruh dunia sejak awal waktu.
D.    STRUKTUR SEL DINOFLAGELLATA
Dinding sel pada umumnya mengandung selulose, hal ini akan memberikan struktur karakteristik dari teka amfisema adalah nama yang digunakan untuk lapisan terluar khusus dari sel Dinophyceae. Semua tipe mempunyai membran plasa yang berkesinambungan dengan membran flagel pada bagian luar. Pada umumnya terdapat sejumlah pori dalam amfisema dengan trikosit dalam tipe pori gelembung thecal berada pada lapisan bawah sel membran.
Mereka adalah gelembung flattened, yang mana melingkupi piringan yang jelas dari seluosa atau mingkin kekurangan kandungan yang jelas, ukuran, jumlah dan susunan dari jenis piringan thecal berbeda antara masing-masing dinoflagelata dan ini merupakan hal yang penting dalam sistem taksonomi. nesmokont memiliki dua piringan besar, sementara dinokont menunjukkan variasi yang, dapat dipertimbangkan. Beberapa dinokont memiliki jumlah tertentu, biasanya piringan thecal yang tidak jelas bentuknya, sementara yang lain adalah piringan besar yang jelas, dan disebut dengan nama "armored”. Dalam upaya untuk mengidentifikasi pola evolusi, secara psikologis menggunakan sejumlah piringan thecal, tetapi tidak disctujui apakah pada kondiai primitif memiliki piringan kccil dan pcmbcsaran piring dan reduksi dalam jumlah yang dapat terjadi, atau apakah beberapa piringan primitif dan meningktit jumlahnya dari yang terjadi.
Gelembung thecal mungkin mendasari mikrotubula, sebuah pellicle dari fitnous material dan penambahan membran (kadang-lcndang dipertimbangkan termasuk sel membran). Juga yang berhubungan dengan theca adalah trichocysts dan getah yang dapat menghasilkan gelembung. Trichocysts adalah gelembung yang mengandung batang cristalin, yang mana dapat melepaskan, dan agaknya sebagai fungsi pertahauan.
Sel Dinoflagellata terbagai secara transversal oleh cingulum menjadi epiteka dan hipoteka. Pada Peridinium, epiteka tersusun atas 2 seri: apical  dan precingular. Pada beberpara genus terdapat seri pelat yang tidak sempurna pada permukaan dorsal dengan 1-3 pelat interkalar anterior. Hipoteka tersusun atas 2 seri transversal: cingular dan antapikal juga sering terdapat seri yang tidak sempurna yaitu interkalar posterior.



Nukleus dari dinoflagelata menunjukkkan setuju sifat yang berbeda dari kondisi yang biasa di eukariot. Nukleus dilingkupi dengan pembungkus, sebagaimana pada sel eukariot, tetapi didalam mikrograph elekron, kromosom terlihat sebagai struktur yang berbentuk batang. Berbeda dengan kondisi yang biasa pada nuclei eukariot, kromosom dinoflagelata mengikat nuclear pembungkus. Dinoflagelata nukleus mempertimbangkan mewakili kondisi primitif diantara organisme eukaroid dan kadang-kadang disebut dengan mesokaryotic atau dinokarytic untuk membedakan itu dengan kondisi-kondisi eukayotic yang lain.
Sel dinoflagelata memiliki beberapa sifat yang tidak umum, yang mana akan kita pertimbangkan isi sel terdapat inti berbentuk tunggal :
1. Theca dan berhubungan dengan struktur (amphiesma)
2. Nucleus, dan
3. Kloroplast,


E.     SUSUNAN TUBUH DINOFLAGELLATA
Berbentuk Sel Tunggal, contoh : Peridinium dan Ceratium. Berbentuk Filamen yang bercabang. contoh : Dinotrix dan Dinoclammn Susunan Sel :Anggota Pyrrophyta banyak yang ditemukan tanpa adanya dinding sel, sedangkan anggota yang memiliki dinding sel terdiri dari selulosa dan lempeng-lempeng. Contoh : Glenodinium dan Peridinium terdapat lekukan pada tubuh selnya. Terdapat butir-butir kromatin yang berupa untaian (hal ini merupakan ciri khas dari alga api), Pigmen ; Kloroul a, b Karoten, Xantofil: Berupa Peridinin, Dinoxantin, Diadinoxandn dan Neodinoxantin.
Pembagian Pyrrophyta dalam 2 golongan berdasarkan pada ada tidaknyanya penutup sel (ampiesma) yaitu yang telanjang (unarmored) dan mempunyai penutup sel (theca). Pada theca terdapat pelat-pelat seperti baja dengan komponen utama sellulosa. Jumlah dan letak pelat digunakan sebagai dasar dalam pemberian nama Peridinium.
Mempunyai bintik mata (stigma), berupa kumpulan butir lipid yang mengandung pigmen karetinoid. Tubuh dinoflagellata primitif pada umumnya berbentuk ovoid tapi asimetri, mempunyai dua flagella, satu terletak di lekukan longitudinal dekat tubuh bagian tengah yang disebut sulcus dan memanjang ke bagian posterior. Sedangkan flagella yang lain ke arah transversal dan ditempatkan dalam suatu lekukan (cingulum) yang melingkari tubuh atau bentuk spiral pada beberapa belokan. Lekukan tranversal disebut girdle, merupakan cincin yang simpel dan jika berbentuk spiral disebut annulus. Flagellum transversal menyebabkan pergerakan rotasi dan pergerakan kedepan, sedangkan flagellum longitudinal mengendalikan air ke arah posterior.
F.     HABITAT DAN EKOLOGI DINOFLAGELLATA
Pyrrophyta berasal dari lautan (dominan) tetapi ada beberapa ratus spesies yang lain yang berada di air segar. Pyrrophyta memiliki variasi nutrisi yang besar dari autototropik ke bentuk heterotropik yang mana terdapat vertebrata parasit dan ikan atau alga phagocytiza yang lain.
Mayoritas dari dinoflagelata berasal dari lautan, tetapi ada beberapa ratus spesies yang lain yang berada di air segar. Dinoflagelata adalah komponen yang penting dari plankton, khusnya pada kondisi hangat sebagai penambahan, beberapa spesies adalah benthic atau terjadi dalam peristiwa simbiotik, diaflagelata memiliki variasi nutrisi yang besar, dari ragenututropik ke bentuk heterotropik yang mana terdapat juga intevertebrata parasit dan ikan atau alga phagocytiza yang lain. Dinoflagelata yang memiliki sistem fotosmtesis dan membutuhkan vitamin disebut autotropi dan yang membutuhkan energi disebut heterotrop.
Pertumbuhan yang cepat dari plankton dinoflagelata mungkin akan menghasilkan warna coklat atau merah perubahan wama air disebut red tides. Red tides biasanya terjadi pada air pesisir pantai dan muara. Beberapa dinoflagelata menghasilkan red tides adalah luminescent Spesics lain mungkin mengandung racun yang dapat dilepaskan kedalam air atau terakumulasi dalam rantai makanan. Dalam beberapa kasus, racun dapat menyebabkan kematian ikan atau menyeliabkan keracunan manusia yang makan makanan yang terkontaminasi oleh moluska atau ikan.
Penyebab dari berkembangnya dinoflagelata dan umunya berhubungan dengan kondisi lokal. Walau bagaimanapun, beberapa pola umum tetap terjadi konsentrasi yang tinggi dari sel yang menghasilkan red tides kadang-kadang diikutipengkayaan dari air dengan adanya upwelling atau runoff. Sekuen yang khas untuk red tide.
Perkecambahan cysts (hinozigot) pada dasar inokulasi wl kedalam air.
Populasi dari peningkatan sel dengan reproduksi aseksual. Akumulasi sel dekat permukaan sebagai hasil dari phototaxis positif. Konsentrasi sel mungkin terjadi sebagai hasil dari pergerakan air (dihasilkan oleh onshore wind tide dll) Reproduksi seksual terjadi dan zigot menjadi cysts, menjaga cadangan pada fase dorman pada dasamya.
Pertumbuhan yang cepat dari pyrrophyta akan menghasilkan gamet coklat atau merah pada air sehingga disebut red tides. Red tides biasanya terjadi pada air pesisir pantai dan muara, bebrapara pyrrophyta yang mengakibatkan red tides adalah luminescen. jumlah fitoplankton berlebih di sebuah perairan berpotensi membunuh berbagai jenis biota laut secara massal. Pasalnya, keberadaan fitoplankton mengurangi jumlah oksigen terlarut."Kemungkinan lain, insang- insang ikan penuh dengan fitoplankton. Akibatnya, lendir pembersihnya menggumpal karena fitoplanktonnya berlebih dan ikan pun sulit bernapas.
Padahal, mereka terus bergerak," Dugaan di atas diperkuat dengan terjadinya peristiwa pada sore hingga malam hari. Saat itulah fitoplankton membutuhkan oksigen sehingga terjadilah perebutan oksigen. Siang hari, oksigen terlarut justru berlebih karena proses fotosintesis, Misalnya pada perairan teluk Jakarta, karena perairan ini terkenal memiliki nutrien tinggi seiring tingginya limbah organik yang dibawa sungai ke laut. Dampaknya, perairan Teluk Jakarta kelewat subur bagi pertumbuhan fitoplankton yang membutuhkan unsur nitrogen (N) dan fosfat (P) untuk berkembang. Limbah rumah tangga dan industri, di antaranya limbah deterjen dan limbah organik nonlogam berat, merupakan penyedia utama P dan N. Peristiwa ledakan fitoplankton tidak hanya berakibat negatif. Sisi positifnya, ketersediaan fitoplankton dalam jumlah banyak pertanda baik bagi peternakan kerang, terutama kerang hijau (Pena viridis).
Selain itu, ikan-ikan yang berada di Laut senantiasa tercukupi kebutuhan makanannya. Namun di sisi lain, kelebihan fitoplankton mengganggu estetika perairan untuk wisata bahari. Red Tide spesies fitoplankton pyrrophyta itu terjadi, menurut Said Mustafa disebabkan empat faktor. Pertama, pengayaan unsur hara dalam dasar laut atau eutrofikasi; Kedua, perubahan hidro-meteorologi dalam sekala besar; Ketiga, adanya gejala upwelling yaitu pengangkatan massa air yang kaya akan unsur hara ke permukaan, dan; Keempat, akibat hujan dan masuknya air tawar ke laut dalam jumlah besar. “Banjir bandang, misalnya, bisa juga membuat air laut pantai timur di Aceh terkena red tide” .
Keempat faktor itu, menurutnya, merupakan faktor penyebab terjadinya red tide spesies fitoplankton pyrrophyta berwarna merah. Spesies ini akan hilang dengan sendirinya, bila ekosistem dalam air kembali seimbang, yaitu kembali pada kondisi normalnya. Perubahan warna air laut terjadi, jika warna merah karena dominasinya spesies alga merah (Dinoplagelata) yang mekar dan tumbuh dari dasar laut melampui batas normalnya.
Red tide kadang-kadang bermula dari estuaries dan kemudian berkembang ke pesisir pentai. Dampak dari red tide pada komrnitas lautan bergantung pada spesies tersebut Oksigen mungkin dihabiskan oleh proses respirasi dari dinoflagelata pada saat malam dan dengan dekomposisi sel ketika masa perkembangan berakhir. Beberapa efek mungkin akan dihasilkan ketika tumpukan spesies mengandung racun terkumpul.
Biasanya masing-masing spesies membentuik campuran racun yang berbeda, racun yang utama adalah saxitoxin dan yang dihasilkan oleh Alexandrium, brevetoxin dihasilkan oleh ptyahodiscus, dan ciaduatoxin dihasilkan oleh bambierdiscus. Keracunan manusia biasanya terjadi setelh memakan ikan atau molusca yang megakumulasi racun dari pyrrophyta Tidak semua biota laut yang mati karena fitoplankton berbahaya bila dikonsumsi, di antaranya bergantung pada jenis fitoplankton. Secara umum terbagi dua, yakni jenis harmful algae bloom (HAB) dan non-HAB. Bila berlebih, keduanya berbahaya bagi ikan. "Tidak masalah mengonsumsi ikan yang penyebab kematiannya adalah algae tidak beracun. Dari 20 jenis algae penyebab ikan mati, 17 di antaranya pernah ditemukan di Teluk Jakarta.
Tiga di antaranya yang ditemukan di perairan di utara Jakarta adalah jenis Dinophysis spp, Alexandrium spp, dan Pseudonitschia spp. seseorang yang mengonsumsi kerang yang mengandung algae jenis Alexandrium spp, dapat terkena kanker hati paralytic shellfish poisoning (PSP). Jenis racunnya disebut saxitoxin. Berdasarkan penelitian yang pernah diterapkan pada tikus, racun saxitoxin berdaya bunuh 1.100 kali dibandingkan sianida, sedangkan bisa ular kobra "hanya" berdaya bunuh 500 kali. Sedangkan daya bunuh tertinggi terdapat pada algae Gambierdiscus toxicus dengan meitotoxin-nya yang berdaya bunuh 22.000 kali.
Menurut Zaenal, salah satu cara melindungi Teluk Jakarta -khususnya dari pencemaran logam berat dan fitoplankton beracun-adalah dengan membangun sanitasi di permukiman. Selain itu, perlu semacam lembaga yang khusus memonitor ketat dampak pencemaran pada biota laut.
 Hanya sedikit dinoflagelata (diperkirakan 20 spesies) adalah racun (Steiding r, 1983; Steidinger and Baden 1984; Taylor, 1985). Biasanya masing-masing spcsies membentuk campuran racun yang berbeda. Racun yung utama adalah saxitoxin dan itu dihasilkan oleh Alexandrium, brevetoxin dihasilkan oleh Ptychodiscus, dan ciguatoxin dihasilkan oleh Gauabierdiscus. Keracunan manusia biaaanya terjadi setelah memakan Ikan atau moluska yang mengakumulasi racun yang memakan dinoflagelata.
G. ALAT GERAK DINOFLAGELLATA
Berupa flagel, sebanya 2 (dua) buah, satu buah melingkar sedangkun satu bagiaji lainnya berada di posterio Ada juga falgel yang terletak di bagian lateral Bila flagel yang melingkar bergerak, maka sel akan berputar dan bila flagel bagian posterior yang bergerak maka sel akan maju.
H.  REPRODUKSI DINOFLAGELLATA
Kebanyakan dinoflagellata memperlihatkan reproduksi secara aseksual atau pembelahan sel mitosis. Proses ini membagi organisme menjadi kembaran identik, theca mereka mungkin pecah, terbagi pada tiap-tiap kembarannya, jadi tiap kembaran menerima separuh dan meregenerasi separuhnya. Beberapa genera tumbuh sebagai filament ketika sel mereka tidak terpisah setelah pembelahan. Dinoflgellata dewasa bersifat haploid, jadi ketika reproduksi seksual dimulai, gamet mengalami mitosis, mungkin tumbuh dengan atau tanpa dinding, terlihat sebagai individu tua dalam versi kecil. Gamet jantan dan betina tidak jelas dibedakan, tetapi dapat berenang bebas. Setelah penggabungan dua gamet, lalu menjadi zigot yang aktif berenang, pada kondisi yang tidak menguntungkan, sel akan membentuk hystrichosphere, ini adalah dorman kapsul yang melindungi dinoflagelata sampai keadaan menguntungkan kembali.
Gambar siklus pembelahan sel dinoflagellata

Pyrrophyta atau dinoflagellata memiliki 2 cara perkembangbiakan, yaitu secara:
Vegetatif, yaitu dengan pembelahan sel yang bergerak, jika sel memiliki panser, maka selubung akan pecah. Dapat juga dengan cara protoplas membelah membujur, lalu keluarlah dua sel telanjang yang dapat mengembara yang kemudian masing – masing membuat panser lagi. Setelah mengalami waktu istirahat zigot yang mempunyai dinding mengadakan pembelahan reduksi, mengeluarkan sel kembar yang telanjang. 
Sexual, dalam sel terbentuk 4 isogamet yang masing-masing dapat mengadakan perkawinan dengan isogamet dari individu lain Sporik, yaitu dengan zoospora (contohnya Gloeonidium) dan aplanospora (contohnya Glenodinium).
Pada Alexandrium sp, cara perkembangbiakannya yaitu :
Kista-kista tidur dalam dasar laut, tertimbun oleh sedimen. Jika tak terganggu oleh kekuatan fisik atau alam, mereka dapat berada di dasar laut dalam kondisi tertidur untuk waktu bertahun-tahun. Jika terdapat kandungan oksigen dan kondisi memungkinkan, mereka daapt melakukan proses perkecambahan.Jika suhu hangat dan banyak cahaya yang merangsang perkecambahan ini, kista akan pecah dan mengeluarkan sel yang dapat berenang. Sel ini direproduksi oleh pembelahan sederhana dalam beberapa hari pengeraman.
Jika kondisi tetap optimal, sel akan terus membelah diri secara berlipat, dari dua menjadi empat, empat menjadi delapan, dan seterusnya. Setiap satu sel dapat menghasilkan beberapa ratus sel dalam se minggu. Pada saat nutrisi telah habis, pertumbuhan sel berhenti dan terbentuklah sel-sel gamet. Setiap dua sel gamet yang berbeda bersatu membentuk satu sel baru yang berkembang menjadi sebuah zigot dan akhirnya menjadi kista. Kista ini lalu jatuh ke dasar laut dan dapat berbiak pada tahun berikutnya.

I.       FENOMENA DINOFLAGELLATA
Dinoflagellata dalam jumlah yang kecil sebagai penyusun komunitas plankton laut, tetapi lebih melimpah di perairan tawar. Fenonema menarik yang dihasilkan oleh Pyrrophyta adalah kemampuan bioluminescence (emisi cahaya oleh organisme), seperti yang dihasilkan oleh Noctiluca, Gonyaulax, Pyrrocystis, Pyrodinium dan Peridinium sehingga menyebabkan laut tampak bercahaya pada malam hari.
Fenomena lainnya adalah pasang merah (red tide) yaitu blooming Pyrrophyta dengan 1- 20 juta sel per liter. Red tide dapat menyebabkan:
1.       Kematian ikan dan invertebrata, jika yang blooming adalah Ptychodiscus brevis, Prorocentrum dan Gymnodinium breve
2.      Kematian invertebrata jika yang blooming adalah Gonyaulax, Ceratium dan Cochlodinium
3.       Kematian organisme laut, yang lebih dikenal sebagai paralytic shellfish poisoning, jika yang blooming adalah Gonyaulax.

Species yang hidup di air laut dari genus Gymnodinium dan Gonyaulax menyebabkan pasang merah ( “red tide”) terutama di daerah pantai New England, Florida, California dan Eropa yang menyebabkan paralitic shellfish poisoning (PSP). Di bawah kondisi lingkungan yang ideal dan didukung adanya substansi pertumbuhan menyebabkan populasi species tertentu bertambah jumlahnya. Riegel (1949) menggambarkan bahwa red tide di Monterey Bay, California kepadatan Gonyaulax mencapai 20 sampai 40 juta organisme per cm3. Namun demikian red tide tidak selalu merah, ada kemungkinan berwarna kuning atau coklat. Konsentrasi substansi metabolic toxic tertentu (saxitoxin) dengan level yang tinggi menyebabkan kehidupan organisme di laut akan terbunuh. Pada tahun 1972 red tide yang terjadi di pantai New England dan Florida, jutaan burung, ikan dan hewan lainnya telah terbunuh dan mendatangkan malapetaka bagi industri kerang-kerangan karena larangan memakan remis besar (clam and cysters).

Gambar red tide

Gymnodinium merupakan contoh Dinoflagellata yang tubuhnya tidak tersusun oleh pelat-pelat. Banyak dijumpai hidup di air tawar dan air laut, merupakan dinoflagellata yang cingulumnya terletak di tengah-tengah dan melingkari sel dengan sempurna dan berakhir pada permukaan ventral.
Ceratium hidup di air laut ataupun air tawar, mempunyai tiga prosesus dinding sehingga berbentuk seperti terompet, yang satu pada akhir tubuh, sedang yang dua ditempat tubuh lain yang tidak digunakan untuk berlabuh. Histiophysis mempunyai bentuk seperti kendi dan Ornithocercus mempunyai bentuk seperti layar atau sayap.




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari makalah “Dinoflagellata” ini, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1.      Dinophyceae atau Dinoflagellata, termasuk organisme uniselular biflagellata, yang membentuk komponen penting di perairan laut, air payau, dan air tawar.
2.      Warna kemerahan pada dinoflagellata disebabkan pigmen yang benama piridinin, selain itu divisi ini mempunyai klorofil a dan klorofil c, β karoten, xantofil, neoperidinin, dinoxantin, neodinoxantin, dan diatoxanthin. Cadangan makanannya berupa amilum.
3.      Jumlah spesiesnya Dinoflagellata antara 1000-1500 spesies dan sebagian besar adalah spesies laut.
4.      Dinoflagellata bereproduksi secara aseksual dan seksual
5.      Jenis dinnoflagellata autotrof biasanya hidup pada daerah fotik dan menerima sebagian besar nutrisi dari aktifitas Up Welling.
6.      Fenomena yang di sebabkan oleh Dinoflagellata yaitu kemampuan bioluminescence dan pasang merah (red tide) .






DAFTAR PUSTAKA



Nybakken, J.W. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologi. PT. Gramedia.Jakarta.

Sunarto. 2002. Hubungan Intensitas Cahaya dan Nutrien dengan ProduktivitasPrimer Fitoplankton. Jurnal Akuatika. Vol. 2. No.1. Hal 24-48. www.marine-geonomics-europe.org





 
  • Lhia Linea © 2012 | Designed by Rumah Dijual, in collaboration with Web Hosting , Blogger Templates and WP Themes